Corona di Bali
Digelar Sejak Awal Juni 2020, Begini Keistimewaan dari Pameran Virtual Ini
Dengan memanfaatkan platform online ini, para seniman bebas memamerkan berbagai karya istimewanya kepada para penggemarnya serta khalayak ramai.
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Terhitung sejak beberapa bulan lalu ketika pandemi virus Corona atau Covid-19 mulai terjadi, banyak dijumpai di sosial media sedang ramai-ramainya pameran online atau virtual diselerenggarakan.
Hal ini pun tentunya menjadi angin segar bagi para seniman yang dulunya sempat terkurung karena tidak bisa lagi memamerkan berbagai karyanya di galeri serta pameran seni.
Dengan memanfaatkan platform online ini, para seniman bebas memamerkan berbagai karya istimewanya kepada para penggemarnya serta khalayak ramai.
Penyelenggaraannya pun juga tak terbatas karena para seniman jadi memiliki kesempatan untuk mewujudkan pameran tunggalnya atau bisa jadi berkolaborasi dengan seniman lainnya dalam satu penyelenggaraan pameran online.
• Wanita Linglung di Klungkung Berusaha Meludahi Petugas, Petugas Kenakan APD untuk Mengamankannya
• Ramalan Zodiak Cinta Besok 11 Juni 2020: Scorpio Dilema, Leo Berselisih dengan Pasangan
• Ketut Cukup Ngaku Sengaja Incar Bule, Kepepet Bayar Cicilan Motor dan Kos
Tak jarang beberapa pameran online ini mengangkat pandemi virus Corona sebagai bahan atau dasarnya dalam berkesenian dan tak jarang juga hal tersebut ditunjuk sebagai tema yang ditajuk dalam penyelenggaraan pameran online.
Namun, berbeda halnya dengan pameran online yang digagas oleh empat anak muda ini.
Mereka mengaku 'bosan' dan dipameran virtual seni rupa ini pun mereka berempat enggan untuk menyinggung Corona.
Empat orang yang dimaksud tadi adalah Putra Wali (Aco), Yusuf (Ucup) Faizal, Joning Prayoga dan Yoga Satyadhi (Mamang).
Menurut kurator 'Bosan.. Bosan.. Bosan.. Kami Mulai Bosan, Pameran Virtual Seni Rupa: Tidak Menyinggung Corona,' yakni Vincent Chandra menyebutkan bahwa karya-karya dalam pameran ini tidak akan menyinggung persoalan wabah corona maupun isu-isu yang terbangun karenanya.
Menurutnya, ini merupakan pernyataan sekaligus sikap yang dipilih oleh empat anak muda tersebut.
Vincent Chandra kepada Tribun Bali menuturkan bahwa baik Aco, Ucup, Joning dan Yoga memilih untuk menampilkan karya mereka apa adanya tanpa ada imbuhan isu apapun di dalamnya.
Sebagai gantinya mereka mengusahakan karya-karya mereka dapat terbaca dan menggugah secara indrawi dengan menampilkan ciri khas kepribadian masing-masing, lewat keterampilan teknis, wahananya, hingga cara mereka memainkan unsur-unsur intrinsik secara unik dan usil.
"Keistimewaan pameran ini bagi Saya adalah karya yang mereka tampilkan polos, mereka membahas persoalan bentuk dan tidak terlalu membahas diksi sebagai tujuan atau akhir karya. Diksi pun hanya dijadikan sebagai titik berangkat mereka untuk karya mereka," ucap Vincent Chandra.
Adapun total sebanyak 19 karya ditampilkan dan beberapa diantaranya merupakan karya kolaborasi antar Aco-Ucup dan Joning-Yoga, serta karya kolaborasi yang dikerjakan oleh mereka berempat.