Supaya Lebih Berkualitas, Perkuat Relasi Keluarga sebagai Pengasuh Utama Anak saat Fase New Normal
peran orangtua dan keluarga sebagai pengasuh utama dan pertama begitu penting dalam memberikan pengasuhan positif bagi anak, guna memenuhi hak-haknya
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Wema Satya Dinata
Di sisi lain, masalah perkawinan anak juga masih marak terjadi di Indonesia, banyak orangtua yang membiarkan hak anak terlanggar dalam hal ini.
Diketahui 1 dari 9 atau 11 persen perempuan di Indonesia berusia 20-24 tahun menikah di usia anak (Data BPS, 2019).
Selain itu, dalam hak kesehatan dasar, sebanyak 27,67 persen balita mengalami stunting, 16,29 persen dengan berat badan di bawah normal (underweight), dan 7,44 persen tergolong kurus (wasting) (Survei Status Gizi Balita, 2019).
Di samping itu, 9,87 persen anak berusia 0-17 tahun mengkonsumsi kalori di bawah 1400 kkal (IPHA Kemen PPPA, BPS).
“Jika melihat angka tersebut, bagaimana bisa kita menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul demi menuju Indonesia maju, apabila masih banyak anak-anak yang mengalami masalah gizi. Di sinilah pentingnya mengajak orangtua dan keluarga sebagai pengasuh untuk memenuhi gizi terbaik bagi anak-anaknya,” ujar Lenny.
Terkait hak pendidikan, angka buta huruf anak berusia 15 tahun ke atas di Indonesia mencapai 4,3 persen.
Untuk rata rata lama sekolah yaitu 8,6 tahun, padahal target yang ditetapkan adalah wajib belajar 12 tahun (Susenas BPS, Maret 2018).
“Untuk itu, kita harus meningkatkan pemahaman dan kapasitas orangtua dan keluarga untuk melakukan aksi nyata dalam peran pengasuhan. Hal ini bertujuan untuk mendorong anak agar berpendidikan lebih tinggi, memiliki gizi lebih baik, menekan angka perkawinan anak, memenuhi kepemilikan akta kelahiran anak, serta memenuhi hak-hak anak lainnya,” ujar Lenny.
Adapun hak-hak anak lainnya yang harus dipenuhi yaitu mendapatkan kartu identitas anak, didampingi saat mengakses informasi, didengarkan suaranya, bermain di tempat yang aman, diawasi saat bermain, semua anak harus sehat melalui pemberian ASI Eksklusif dan makanan pendamping ASI.
Diberikan imunisasi, diajarkan perilaku hidup bersih sehat, tidak terpapar rokok, mengembangkan bakat anak, dan memanfaatkan waktu luang anak dengan kegiatan-kegiatan yang posotif, inovatif dan kreatif, serta melindungi dari berbagai tindak kekerasan, elsploitasi, diskriminasi dan perlakuan salah lainnya.
Lenny menjelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk membangun relasi keluarga yang kuat terutama di masa pandemi memasuki era new normal ini, melalui pengasuhan dengan kasih sayang, kelekatan, keselamatan dan kesejahteraan yang menetap dan keberlanjutan, demi kepentingan terbaik bagi anak.
“Bentuk relasi yang dapat dibangun ayah dan ibu dalam keluarga, yaitu menyediakan afeksi, pengasuhan dan kenyamanan anak, mempromosikan kesehatan keluarga, menjadi role model yang positif bagi anak, menjadi guru yang kreatif mendampingi anak belajar di rumah, berkreasi membuat anak agar tidak bosan, menciptakan suasana menyenangkan dan gembira, menjadi sahabat bagi anak, kita harus dorong sebuah relasi yang positif,” tambah Lenny.
Lebih lanjut Lenny menuturkan, anak adalah masa depan penerus bangsa.
Peran orang dewasa sangatlah penting untuk berkontribusi membuat anak Indonesia menjadi lebih berkualitas.
“Kami mengajak semua pihak untuk memberikan pengasuhan yang baik dan berperan positif bagi kepentingan anak. Mari ciptakan anak Indonesia yang cerdas, berdaya saing, inovatif dan berkarakter dengan kunci utama melalui pengasuhan berbasis hak anak demi terwujudnya Indonesia Layak Anak (IDOLA) pada 2030 mendatang,” pungkas Lenny.