Corona di Bali
Pergerakan Signifikan Re-opening Bali Diperkirakan Juli, Pariwisata Bali Dibuka Secara Bertahap
General Manager (GM) Hotel Sovereign Bali, I Made Ramia Adnyana, mengaku siap menyambut re-opening pariwisata Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- General Manager (GM) Hotel Sovereign Bali, I Made Ramia Adnyana, mengaku siap menyambut re-opening pariwisata Bali.
Begitu juga rekan sesama GM di bawah naungan Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali.
Namun demikian, ia belum tahu kapan pastinya re-opening Bali karena harus menunggu keputusan pemerintah.
"Tapi kalau melihat pergerakan di lapangan, kami rasa Juli ini akan ada pergerakan yang signifikan terkait re-opening," ujarnya pada Tribun Bali, Minggu (14/6/2020).
Saat ini, kata Ramia, semua hotel di Bali sudah siap dibuka kembali menyambut era new normal.
"Kami semua sudah menyiapkan SOP new normal di masing-masing properti hotel. Hal ini telah disesuaikan dengan surat edaran Kabupaten Badung sebagai acuan,” tandasnya.
• Eksklusif Gubernur Bali, Wayan Koster: Pemprov Bali Tangani Pandemi Covid-19 dan Songsong New Normal
• Persiapan Membuka Kembali Sektor Pariwisata, Menpar Cek Kesiapan Bali, Berikut yang Jadi Prioritas
• Kreasi Lucu Masker Bergambar Wajah, Pedagang di Denpasar Ini Akui Masker Berkumis Paling Laris
Kabupaten Badung telah menyiapkan dan membentuk tim verifikasi yang dikomandoi Kadisparda Badung.
Mereka bersinergi dengan Dinas Kesehatan Badung, Satpol PP, dan asosiasi pariwisata.
Termasuk unsur auditor dan sebagainya, guna melihat kesiapan industri terkait re-opening ini.
"Waktu ini, tim sudah sempat turun di kawasan ITDC. Seperti Inaya Putri Bali, Pantai Pandawa, GWK, Uluwatu, dan sebagainya.
Mereka melakukan inspeksi. Tim verifikasi ini melihat bahwa Kabupaten Badung sudah siap 90 persen untuk re-opening,” terangnya.
Ramia mengakui, dengan era baru ini hotel lebih banyak mengeluarkan biaya operasional.
Tambahan biaya bisa sampai 10-15 persen, dari biaya biasanya.
Sebab ada penambahan untuk pembelian hand sanitizer, desinfektan, dan lain sebagainya.
"Apalagi ini akan dipasang di setiap kamar hotel, termasuk masker dan sebagainya," imbuhnya.
Ada pula GM hotel yang telah menggunakan sistem barcode atau scan di masing-masing hotelnya.
Hal ini dilakukan terutama oleh hotel berjaringan internasional.
"Kayak masuk restoran nanti jadinya tinggal barcode saja, ga usah pegang menu dan kontak sama pelayan," jelasnya.
Menpar Cek Kesiapan Bali Songsong New Normal
Seperti diketahui, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, bersama jajarannya dijadwalkan berkunjung ke Bali pada 16-18 Juni 2020.
Kunjungan kerja (kunker) menteri ini guna mengecek kesiapan Bali dalam rangka rencana membuka kembali (re-opening) pariwisata di masa New Normal nanti.
Pengecekan akan dilakukan di beberapa tempat penting yang menjadi pendukung re-opening pariwisata.
Di antaranya Bandara International I Gusti Ngurah Rai, hotel khususnya di Nusa Dua, dan beberapa objek wisata.
Setelah itu, acara dilanjutkan rapat antara kementerian bersama Pemerintah Provinsi Bali, dan asosiasi serta insan pariwisata di Bali.
Tentunya dalam rapat dengan Kementrian Pariwisata ini akan dibahas sejauh mana kesiapan dan kepastian Bali membuka kembali pariwisata.
“Kalau kapan pastinya re-opening Bali, saya tidak bisa berkomentar.
Sebab itu adalah kewenangan gubernur dan pemda,” kata Ketua PHRI Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, kepada Tribun Bali, Minggu (14/6/2020).
Rai, sapaan akrabnya, menjelaskan waktu yang tepat untuk re-opening ini akan dibahas saat pertemuan nanti.
Bagaimana pun menurutnya, pariwisata Bali adalah motor penggerak perekonomian Pulau Dewata dan sektor penopang hajat hidup orang banyak.
Pria yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung ini memperkirakan pariwisata Bali akan dibuka perlahan dan bertahap.
Walau demikian, ia mengakui hotel dan vila di Bali sudah siap menerima wisatawan.
“Sebab selama ini kami kontinyu menyiapkan SOP dan training staf hotel untuk ini, sehingga pada saat ditentukan re-opening nanti kami sudah siap,” ujarnya,
Rai menyebut kesiapan itu telah mencapai 90 persen.
Ia tak menampik, rencana pilot project re-opening nanti adalah hotel di kawasan ITDC.
Namun jika telah berjalan perlahan, tentu insan pariwisata di Bali tidak bisa memaksakan kehendak turis untuk tinggal di suatu tempat.
“Mungkin nanti ada yang memilih dan meminta tinggal di Kuta, Legian, Seminyak, Canggu, bahkan Sanur, dan Ubud, begitu pun daerah lainnya semua sudah siap,” katanya.
Prinsipnya, tegas dia, anggota PHRI di seluruh Bali sudah siap menyambut re-opening.
Ia mengingatkan, saat pariwisata mulai dibuka tidak serta merta okupansi akan tinggi.
“Paling tingkat hunian hanya single digit, mungkin 5-9 persen,” sebutnya.
Pasalnya turis domestik yang dominan datang ke Bali adalah dari Jakarta dan Surabaya. Dua wilayah ini masih cukup ketat karena transmisi lokal tinggi.
Kendala lainnya biaya tes swab/PCR cukup mahal kalau mau masuk ke Bali.
Begitu juga pasar internasional, masih banyak negara yang lockdown dan social distancing.
Walau demikian, dalam beberapa pertemuan via online baik pemerintah pusat, daerah, dan industri bahu membahu meyakinkan dunia luar ihwal potensi Bali.
“Pangsa pasar China, Jepang, Korea dan Australia sangat potensial,” imbuhnya.
Rai mengatakan, untuk meyakinkan turis dari negara-negara itu datang ke Bali, dibutuhkan kerja sama dan koordinasi bilateral.
“Memang sampai saat ini, belum dibuka perbatasan negara itu. Kemungkinan besar Juli pertengahan akan dibuka 4 negara tersebut, internasional flight-nya,” kata Rai.
Itulah sebabnya, Kemenparekraf ingin mengecek kesiapan Bali re-opening di masa new normal.
Namun Rai memastikan, SOP di masing-masing hotel telah disiapkan. Semuanya sesuai protokol kesehatan yakni Cleanliness, Health, Safety (CHS) atau bersih, sehat dan aman. (*)