Narendra Modi Tegaskan India Ingin Damai, Tapi Siap Perang Kalau China Memprovokasi

"Jelas tidak ada keraguan bahwa India menginginkan perdamaian, tetapi jika diprovokasi, India akan beri jawaban yang pantas," kata Modi.

Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa/Reuters
Perdana Menteri India Narendra Modi 

TRIBUN-BALI.COM - Melalui siaran di televisi nasional, Perdana Menteri India, Narendra Modi menegaskan siap berperang dengan China apabila memang diperlukan.

Menurutnya, pengorbanan tentaranya yang tewas tidak akan sia-sia.

Modi juga menekankan bahwa persatuan dan integritas negara adalah yang paling penting.

"Jelas tidak ada keraguan bahwa India menginginkan perdamaian, tetapi jika diprovokasi, India akan beri jawaban yang pantas," kata Modi.

BPOM Ingatkan Dexamethasone yang Diklaim Bisa Cegah Covid-19 Adalah Obat Keras, Ini Efek Sampingnya

Persiapan New Normal, Bupati Anas Ajak Para Kepala Desa Kolaborasi

Golkar Optimis Koalisi Besar Penantang PDIP Tak Goyah, Dauhwijana Sebut Keputusan Akhir Ada di DPP

Sebagai informasi, Narendra Modi adalah seorang tokoh nasionalis.

Ia terpilih selama 2 periode untuk masa jabatan lima tahun pada Mei 2019.

Saat kampanye pemilu, ia fokus pada keamanan nasional setelah adanya peningkatan ketegangan dengan sang musuh bebuyutan yaitu Pakistan, di perbatasan barat India.

Media gung-ho India dan oposisi menekan Modi untuk merespons China secara agresif.

Rahul Gandhi, pemimpin partai oposisi oposisi membuat tweet:

“Sudah cukup, kita perlu tahu apa yang terjadi. Berani-beraninya Cina membunuh prajurit kita, beraninya mereka mengambil tanah kita.

Boikot produk

Menteri Urusan Pangan dan Konsumen India, Menteri Urusan Pangan dan Konsumen India, Ram Vilas Paswan menyerukan kepada masyarakat India untuk memboikot produk-produk China.

Ia juga mengarahkan para pejabat kementeriannya untuk tidak memakai produk China dalam sehari-hari.

Pernyataannya ini hadir buntut naiknya tensi antara India dan China dalam persoalan perbatasan wilayah di Himalaya.

Denpasar Tambah 52 Kasus Positif Covid-19, Berikut Statistik Corona di Bali

Paus Sperma Kerdil Viral di Semawang Terdampar di Pantai Lembeng Gianyar, Dagingnya Dipotong Warga

Video Pasukan Perdamaian Garuda Redam Konflik Israel-Lebanon, Meski di Bawah Moncong Tank Merkava

"Saya menyerukan ke semua orang, melihat cara China bertingkah, kami memboikot semua produk China," kata Paswan, dilansir Economic Times, Kamis (18/6/2020).

Lebih jauh lagi, Paswan juga mendesak pemerintah pusat agar secara ketat menerapkan aturan standar kualitas Badan Standar Nasional India (BIS) atas produk yang diimpor dari China.

"Ketika barang-barang kami sampai di luar negeri, mereka memeriksanya. (Sementara) ekspor beras Basmati kami ditolak, tetapi ketika barang-barang mereka datang ke India, tidak ada kontrol kualitas yang ketat," kata Paswan.

Diketahui, India menerbitkan undang-undang baru yang berkaitan dengan standar kualitas barang pada 2016.

Kebijakan ini dilakukan sebagai langkah mempromosikan budaya kualitas produk agar sesuai dengan standar kualitas India.

Undang-undang terbaru ini juga mengatur penilaian produk, peningkatan sanksi dan aturan penarikan kembali produk, meski sudah diberi label Indian Standards Institution (ISI).

Tentara India dibebaskan

Perkembangan terbaru konflik India-China, pasukan Beijing dilaporkan membebaskan 10 tentara New Delhi setelah bentrok selama 3 hari di Lembah Galwan, Ladakh, perbatasan Himalaya.

Bentrokan antara pasukan India dan China telah menewaskan 20 tentara India.

Pembebasan dilakukan pada Kamis malam (18/6/2020), termasuk seorang letnan kolonel dan tiga mayor tentara India yang sempat ditahan.

Sebuah sumber dari The Hindu menyebut sepuluh orang itu dibebaskan setelah adanya kesepakatan antara dua Mayor Jenderal pada Rabu malam (17/6).

Sepuluh orang yang dibebaskan dikembalikan tanpa cedera.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar menyebut pasukan India yang kalah jumlah diserang oleh tentara China yang membawa senjata.

Diketahui tahun 1996 India dan China pernah menandatangani perjanjian damai Line of Actual Control (LAC) yang salah satunya tertulis "kedua belah pihak tidak akan menggunakan kekuatan militer" dalam konflik perbatasan.

"Semua pasukan yang bertugas di perbatasan selalu membawa senjata, terutama ketika meninggalkan pos. Mereka melakukan itu di Galwan pada 15 Juni. Padahal masih ada kesepakatan (perjanjian 1996 & 2005) untuk tidak menggunakan senjata api saat bertempur," Dr Jaishankar di Twitter, menanggapi pemimpin Kongres, Rahul Gandhi.

Perjanjian India-China tahun 1996 poin VI mengenai Tindakan Membangun Kepercayaan / Confidence-Building Measures (CBMs) dalam urusan militer di sepanjang Garis Kontrol Aktual / Line of Actual Control, tertulis:

"Kedua belah pihak dilarang melepaskan tembakan, menyebabkan bio-degradasi, penggunaan bahan kimia berbahaya, melakukan operasi berhulu-ledak atau berburu dengan senjata atau bahan peledak dalam jarak dua kilometer di garis kontrol aktual. Larangan ini tidak berlaku untuk aktivitas tembakan ringan".

Sebagai informasi, ketegangan militer kedua belah pihak memanas setelah dilaporkan adanya pergerakan dari pasukan China di perbatasan Himalaya.

Padahal, wilayah tersebut masih menjadi sengketa antara kedua negara.

Di perbatasan dekat Himalaya, India dan China saling berbagi wilayah perbatasan darat terpanjang di dunia.

Tahun 1962, keduanya sempat terlibat perang di perbatasan Himalaya karena saling klaim wilayah.

Tahun 1993, setelah adanya negosiasi, India-

China bersepakat membuat perjanjian tentang sengketa perbatasan tersebut.

Namun, sampai saat ini, masih ada ketegangan di antara mereka di area perbatasan.

Konflik keduanya sempat memanas kembali pada 2017, saat pasukan keduanya berkumpul di wilayah Doklam yang menjadi rebutan.

China dan India masing-masing mempunyai pendapat sendiri mengenai garis perbatasan.

Menurut Srikanth Kondapalli, pakar studi China dari Jawaharlal Nehru University, disebutkan bahwa kedua belah pihak ingin menguasai lahan sebanyak mungkin.

Diketahui konflik terbaru terjadi karena kedua belah pihak mulai membangun infrastruktur di daerah perbatasan.

India dilaporkan menyelesaikan pembangunan jalan ke sebuah landasan udara di Galwan pada Oktober 2019.

Keputusan ini membuat China marah.

Menurut Beijing, pembangunan ini bisa memperkuat militer India apabila terjadi konflik.

Pada awal Mei 2020, ratusan tentara India-China saling berhadapan di tiga lokasi.

Keduanya saling menuduh melakukan pelanggaran.(*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul PM Narendra Modi: India Ingin Damai Tapi Siap Perang Jika China Memprovokasi,

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved