Buntut Bule Duduk di Pelinggih Pura Gede Luhur Batungaus, Desa Akan Lakukan Pencaruan Minggu Ini
Pihak desa berencana akan melakukan upacara pencaruan (pembersihan) di Pura Gede Luhur Batungauspada hari minggu mendatang.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Warga Negara Asing (WNA) yang diketahui duduk di pelinggih Pura Gede Luhur Batungaus di wilayah Pantai Mengening, Cemagi, Mengwi, Badung, Bali, akhirnya dibenarkan oleh pihak desa.
Bahkan pihak desa berencana akan melakukan upacara pencaruan (pembersihan) di pura tersebut pada hari minggu mendatang.
Kepala Desa Cemagi, Ketut Wirama saat dikonfirmasi mengaku dirinya sudah mengetahui WNA yang masuk ke areal Pura Gede Luhur Batungaus desa adat Cemagi.
Bahkan WNA tersebut katanya akan dicari lantaran WNA itu diperkirakan diam di wilayah Canggu.
• Sopir Logistik Gelar Aksi Protes di Ketapang, Begini Sikap Kadishub Bali
• Sambut New Normal, PT. LG Electronics Indonesia Bekali Konsumen dengan Asuransi Covid-19
• Tipe-tipe Perselingkuhan Berdasarkan Kadar Emosional
“Jadi setelah melakukan pengecekan CCTV, kami pastikan memang itu terjadi di Pura Gede Luhur Batungaus desa adat Cemagi. Bahkan kini kami sudah mengetahui WNA tersebut dan motor yang dibawanya,” ujar Wirama.
Kendati sudah mengetahui, pihak desa yang terdiri dari desa adat dan pecalang masih melakukan pencarian WNA yang duduk di pelinggih itu.
“Kami ingin mediasi, ingin memastikan WNA tersebut gila atau bagaimana. Saat ini masih dilakukan pencarian oleh pihak desa adat,” katanya.
Sampai sekarang dirinya tidak tahu apa yang ingin di cari WNA tersebut ke Pura.
Padahal kata Wirama di pintu masuk sudah terdapat tulisan larangan masuk ke areal pura.
“Padahal ada tulisan larangan, yakni berbahasa Bali, Indonesia dan Inggris, tapi tetap juga dia kesana. Malah dia masuk dengan melompati pagar lantaran pintu terkunci,” akunya.
Ia pun mengaku pencarian WNA tersebut dilakukan agar kejadian itu tidak terulang lagi.
“Saya rasa wisatawan yang lama di Bali tahu larangan itu. Mungkin ini namanya godaan di tengah Covid-19. Sehingga kita akan introspeksi diri terkait apa yang harus kita lakukan dengan kejadian ini,” katanya.
Lanjut dijelaskan, untuk proses upacaranya pihaknya mengaku akan melakukan pencaruan atau pembersihan secara niskala.
Pencaruan itu pun akan dilakukan pada hari minggu yang juga merupakan hari suci dalam ajaran agama hindu.
“Mungkin hari minggu ini kita akan melakukan pencaruan. Kan pas hari minggu itu rahina kajeng kliwon,” bebernya.