Liputan Khusus

Pendidikan Kespro di Denpasar Masih Dianggap Tabu, Begini Sebabnya

Di era keterbukaan informasi dan kemajuan teknologi seperti sekarang, pendidikan tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) pada remaja

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi siswi sekolah 

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga (Disdikpora) Denpasar mengaku tak memiliki dana untuk mendukung upaya pemberian pendidikan KSR di seluruh sekolah di Denpasar.

Disdikpora Denpasar pun menjalin kerjasama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali sejak 2017 untuk dapat memberikan pendidikan KSR di sekolah-sekolah di Denpasar

“Baru lima sekolah di Denpasar, sisanya belum karena keterbatasan anggaran dari PKBI.

Selama ini dana dari PKBI saja, kami belum menganggarkan,” kata Kepala Bidang Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olah Raga (Disdikpora) Kota Denpasar, Anak Agung Gede Wiratama.

Lima sekolah SMP di Denpasar yang telah bekerjasama dengan PKBI Bali untuk memberikan pendidikan KSR yakni SMPN 6 Denpasar, SMP Wisata Sanur, SMP Saraswati 1 Denpasar, SMPN 3 Denpasar, dan SMPN 4 Denpasar.

“Awalnya tahun 2017, hanya tiga SMP, kemudian tahun 2018 disusul lagi dua SMP yang ikut program Setara (Semangat Dunia Remaja) dari PKBI Bali,” papar Agung Wiratama kepada Tribun Bali.

Pemerintah Kota Denpasar setiap tahun memberikan apresiasi bagi sekolah-sekolah yang telah mampu memberikan pendidikan KSR untuk anak didik mereka.

Pada tahun 2018 silam, Pemkot Denpasar sempat memberikan sertifikat apresiasi kepada lima sekolah tersebut.

Sertifikat apresiasi waktu itu diserahkan oleh Wakil Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara, dan Kepala Disdikpora, dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam ajang Denpasar Festival 2018.

Sebagai anggota dari Aliansi Satu Visi tingkat nasional, PKBI Bali telah banyak bekerja dan berpengalaman dalam melaksanakan program keluarga berencana termasuk program pendidikan seksualitas komprehensif pada remaja di Bali.

Pemberian pendidikan seksualitas yang komprehensif pada remaja bertujuan untuk mencegah maupun mengurangi angka kehamilan tidak direncanakan pada remaja yang sebagian besar berakhir pada perkawinan usia anak.

Sejalan dengan itu, data Indeks Pembangunan Pemuda Indonesia tahun 2017 dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, menunjukkan adanya peningkatan pada angka kehamilan remaja di Bali yang meningkat hingga dua kali lipat sebesar 37% dan pernikahan usia anak mencapai 23%.

Dari hal tersebutlah, menurut Wiratama, pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual memang sangat penting diberikan pada remaja di Denpasar.

“Karena itu kan pendidikan tentang reproduksi, tentang keberanian anak untuk mengungkapkan isi hati, kemandirian anak. Ini kan pendidikan karakter.

Dia mau membela diri, misalnya oh sekarang saya punya pacar, ini tidak boleh dilaksanakan, jadi dia harus tahu itu,” katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved