Corona di Bali
Tutup 3 Bulan, Pemilik Krisna Oleh-oleh Bali Tetap Membayar Tagihan Rp 2,5 Miliar Per Bulan
Pemilik Krisna Oleh-Oleh Bali, I Gusti Ngurah Anom atau lebih dikenal dengan nama Ajik Krisna menutup seluruh cabang Krisna Oleh-Oleh Bali
Penulis: Noviana Windri | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR -- Selama pandemi Covid-19, Krisna Oleh-Oleh Bali, pusat oleh-oleh terbesar di Pulau Dewata pun terkena imbasnya.
Pemilik Krisna Oleh-Oleh Bali, I Gusti Ngurah Anom atau lebih dikenal dengan nama Ajik Krisna menutup seluruh cabang Krisna Oleh-Oleh Bali sejak Maret lalu.
Tempat usahanya tersebut baru beroperasi lagi pada Senin 22 Juni 2020.
"Kami tutup selama tiga bulan," kata Ajik Krisna dalam wawancara khusus dengan Tribun Bali, Jumat (26/6/2020).
Kendati menutup usahanya, Ajik Krisna tetap membayar sejumlah tagihan.
Lalu bagaimana strategi Ajik Krisna bangkit dari kondisi memprihatinkan ini?
Berikut petikan wawancaranya.
Selama pandemi Covid-19, dampak apa yang paling dirasakan Krisna Oleh-Oleh Bali?
Kami tutup sebelum Hari Raya Nyepi bulan Maret lalu.
Karena corona kan awalnya di China, lalu saya pikir tidak bakalan sampai ke sini kan. Ternyata Maret sampai di Bali. Akhirnya kami tutup selama tiga bulan.
Total karyawan Krisna Holding Company sebanyak 2.500 orang.
Dari jumlah itu 2.000 orang di antaranya terpaksa dirumahkan dan 500 orang masih dipekerjakan.
Di sisi lain, saya harus tetap membayar sejumlah tagihan seperti gaji karyawan atau untuk listrik dan sebagainya sebanyak Rp 2,5 miliar per bulan tanpa income.
Harapan saya begitu Covid-19 ini selesai, bagaimana caranya agar jumlah karyawan bisa kembali seperti dulu.
Tentu ini tidak mudah.