Gemerlap Pariwisata Bali Banyak Dinikmati Orang Luar, Koster Siapkan Portal Digital Satu Pintu
Terlebih karena keindahan alam, keunikan dan kekayaan budaya serta keramahtamahan masyarakatnya menjadikan Bali sebagai destinasi wisata dunia
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dikenal sebagai destinasi wisata dunia, banyak orang beramai-ramai datang mengunjungi Bali.
Terlebih karena keindahan alam, keunikan dan kekayaan budaya serta keramahtamahan masyarakatnya menjadikan Bali sebagai destinasi wisata dunia yang sangat terkenal.
Namun nyatanya, gemerlap Pulau Dewata yang menjadi destinasi wisata dunia bukan sepenuhnya dinikmati oleh orang Bali.
Gubernur Bali Wayan Koster mengajak masyarakat untuk mencermati secara baik-baik siapa saja yang menikmati gemerlap dunia kepariwisataan di Bali.
• Aktivitas Gunung Agung Mengalami Penurunan Sejak Beberapa Bulan Terakhir
• Selalu Evaluasi Penerapan Protokol Kesehatan, Banyuwangi Siap Jadi Destinasi Acara Kementerian
• Pendapatan dari PKB dan BBNKB Mentok, Koster Berupaya Tingkatkan PAD Bali Lewat Sektor Lain
"Gemerlap pariwisata di Bali, mewahnya pariwisata di Bali ini coba di cek siapa yang menikmati, siapa yang mendapatkan manfaat dari sini, berapa persennya orang Bali yang mendapat manfaat dari sini," kata Gubernur Koster dalam rapat paripurna di DPRD Bali, Senin (13/7/2020).
Gubernur Koster mengaku sudah menghitung hal tersebut dan ia mengaku menemukan bahwa Bali mengalami kerugiannya cukup tinggi dalam dunia pariwisata dan situasi ini sudah berlangsung sejak lama.
Berbagai kerugian yang dialami Bali akibat pariwisata yang dimikmati oleh orang luar di antaranya berupa kerugian pelaku usaha, tenaga kerja, nilai ekonomi hingga kerugian kapitalisasi nilai ekonomi.
"Empat loss (kerugian)," kata Gubernur Koster dalam rapat dengan agenda jawaban Gubernur Bali terhadap pandangan fraksi di DPRD Bali atas Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Semesta Berencana tahun 2019 dan Ranperda Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi Bali tahun 2020-2050 itu.
Namun, dalam rapat paripurna itu Gubernur Koster mengaku belum bisa membuka siapa saja pelaku yang menikmati gemerlapnya dunia pariwisata Bali.
Dirinya menyebutkan, saat ini dengan adanya promosi pariwisata secara digital saja sudah menyebabkan kerugian bagi masyarakat Bali.
Hal itu dibuktikan dengan menurunnya aktivitas agen-agen wisata secara konvensional di Bali, karena kalah dengan pelaku promosi digital yang hampir semuanya berasal dari luar Bali.
"Yang dijual objeknya adalah Bali, dia yang berdagang, dia yang memfasilitasi. Siapa pelaku usahanya, siapa pemodalnya, siapa tenaga kerjanya, di mana dia berada, nggak jelas. Tapi yang pasti dia menyedot ekonomi dari Bali. Gratisan ini," kata dia.
Portal Satu Pintu
Guna mencermati hal tersebut, Gubernur Koster mengaku telah membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang Standar dan Penyelenggaraan Kepariwisataan Berbasis Budaya Bali.
• Majelis Hakim Tolak Eksepsi Penasihat Hukum Ketua KSP Sedana Yoga
• Wamendag Jerry Sambuaga Sebut Digitalisasi Pasar Rakyat Jadi Tuntutan di Era Baru
• Google Classroom Sempat Jadi Terpopuler, Kini TikTok dan Zoom Merajai Aplikasi Terpopuler Kuartal II
Dalam Perda tersebut di dalamnya juga memuat mengenai digitalisasi pariwisata dengan portal satu pintu pariwisata Bali.
"Ini akan menjadi satu sumber, sekarang kita mau kandangin semuanya itu dengan portal satu pintu pariwisata Bali. Sekarang ini enggak, liar, dari mana saja itu semua," jelasnya.
Dengan adanya digitalisasi pariwisata, transaksi langsung antara hotel dengan wisatawan dari luar negeri dimediasi oleh satu jasa digital seperti Traveloka dan sebagainya.
Menurutnya, aplikasi digital itulah yang menikmati "kue" dari pariwisata Bali.
"Ini lama dibiarkan, ada berapa yang kayak begitu cobak," kata Gubernur Bali asal Desa Sembiran Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng itu.
"Ini clear ini, ini duit ini. Ini yang harus dipikirkan sekarang dan sedang disiapkan aplikasinya untuk portal satu pintu pariwisata Bali. Buat saya ini kerjaan ini. Bulan depan sudah harus selesai. September sudah mulai diterapkan satu per satu," imbuhnya.
Gubernur Koster menilai, gemerlap dari dunia kepariwisataan di Pulau Dewata seharusnya dinikmati oleh masyarakat Bali.
Namun selama ini dalam menjalankan kepariwisataan, masyarakat Bali sebagian besar hanya menjadi pekerja biasa saja.
Di satu sisi, masyarakat di Pulau Dewata juga disibukkan dengan merawat alam dan budaya Bali.
"Odalan terus purnama-tilem, pujawali terus. Semua banten iraga mayahin, begitu ada keindahan yang menikamati orang-orang luar entah siapa orangnya. Capek kita odalan, pujawali membikin alam Bali ini bagus, metaksu, segala macam Giliran dia menarik untuk orang datang dia ke sini, siapa yang dapat duit?" tanyanya. (*)