Tumpek Landep
BREAKING NEWS : Tumpek Landep, Seluruh Kendaraan Operasional BPBD Denpasar Diupacarai
Saat Tumpek Landep, kita akan melihat orang-orang ramai datang ke tempat cuci motor atau mobil untuk mencuci kendaraan mereka.
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Eviera Paramita Sandi
Giliran pertama adalah Bima.
Sebelum memanah Drona bertanya kepada Bima: apa yang ananda lihat Bima mengatakan bahwa dirinya melihat langit, pohon, dan burung.
"Jangan memanah taruh panahnya," kata Drona kepada Bima.
Termasuk Satus Korawa juga tidak diberikan memanah.
Bahkan Drona tidak mengijinkannya untuk melepaskan anak panah.
Yudistira sekalipun ketika ditanya apa yang dilihat, ia menjawab uang dilihat adalah Guru Drona dan sudah pasti tidak diijinkan melepaskan anak panahnya.
Hingga tiba pada gilirannya Arjuna ditanya apa yang dilihat, dan ia bilang biji mata burung.
Maka diijinkanlah Arjuna untuk melepas anak panah dan kenalah burung itu.
Dari uraian tersebut, menurut Guna pentinglah mengasah ketajaman intelektual yang bersumber dari pikiran agar perhitungan tepat.
Andaikan saja Arjuna tidak memiliki perhitungan tajam dan tepat, pasti ia tidak akan bisa menembak burung tersebut dengan anak panahnya. Karena hal itulah, Arjuna sering digunakan sebagai figur landeping idep atau pikirannya yang tajam.
Lalu pertanyaannya, bagaimana cara mempertajam pikiran?
Guna menambahkan, belajar pada Arjuna saat bertapa di Gunung Indrakila untuk mendapatkan anugerah panah pasupati sastra.
Karena dari keteguhan tapanya Arjuna juga disebut sebagai 'wiku wita raga' oleh Dewi Supraba.
Ketika Arjuna bertapa di Gunung Indrakila, Bhatara Indara mengutus tujuh bidadari untuk menggoda tapanya.
Bidadari tersebut dipimpin oleh Dewi Tila Utama dan Dewi Supraba.