Human Interest Story

45 Tahun Menjadi Kusir Dokar, Ketut Nedeng Tetap Setia meski Hasil Tak Menentu

Ketut Nedeng datang ke Denpasar tahun 1970-an. Ia yang lahir dan berasal dari Desa Padangbai, Kecamatan Manggis, Karangasem ini mencoba mengadu nasib

Tribun Bali/Putu Supartika
Kusir dokar menunggu penumpang di Jalan Surapati Denpasar, Selasa (21/7/2020) 

Pada hari Sabtu dan Minggu, keberuntungan sedikit menghampirinya, ia bisa mengangkut tiga empat penumpang.

Ia ajak penumpang ini berkeliling mengitari ruas jalan di Denpasar.

Namun ia tak mematok harga, tergantung kemampuan mereka yang menggunakan jasanya.

Kadang ia dapat Rp 30 ribu dan syukur-syukur kadang dapat Rp 50 ribu.

Jika dilihat dari hitung-hitungan bisnis, tentu saja penghasilan itu jauh dari cukup, apalagi dalam sehari biaya pakan kudanya Rp 50 ribu.

Resmi, Ini Daftar 18 Lembaga Negara yang Resmi Dibubarkan Presiden Jokowi

Bima Sakti Beri Variasi Latihan pada Pekan Ketiga TC Timnas U-16  

"Pakannya sehari Rp 50 ribu, kurang lebih. Buat beli dedak atau rumput," kata lelaki asli Padangbai, Karangasem ini.

Namun, pada Sabtu dan Minggu kebanyakan orang yang menanyakan dokar gratis.

Dikarenakan programnya sudah tak ada, ia tak berani mengangkut penumpang secara gratis.

Sejak dirumahkan dari program dokar gratis dirinya hanya menerima sejenis pesangon Rp 1,4 juta.

Itu ia terima pada bulan pertama dan hanya sekali.

"Dari Dinas Pariwisata bilang 'Pak ini sekadar suapaya ada dipakai buat beli rumput, dedak, sekadar dulu'" katanya.

Nasib seperti ini tak dialaminya sendiri.

Delapan orang kusir dokar yang sebelum Covid-19 juga ikut dalam program dokar gratis ini juga mengalami hal yang sama.

Dengan keadaan ini, dirinya berharap program dokar gratis ini bisa dikembalikan secepatnya.

Dengan begitu, dapurnya bisa mengepul dengan lebih baik.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved