Virus Corona

Vaksin Virus Corona Buatan Universitas Oxford Tunjukkan Hasil Positif,Dipaparkan di Jurnal Terkemuka

Hasil uji coba awal tersebut dipaparkan dalam jurnal kesehatan terkemuka, The Lancet, yang dikutip scmp.com, Selasa, 21 Juli 2020.

Editor: Wema Satya Dinata
Pixabay
Ilustrasi penelitian vaksin virus corona. 

TRIBUN-BALI.COM -  Kandidat vaksin virus corona yang dibuat oleh para ilmuwan Universitas Oxford, Inggris, menunjukkan hasil positif berdasarkan hasil uji coba awal.

Hasil uji coba awal tersebut dipaparkan dalam jurnal kesehatan terkemuka, The Lancet, yang dikutip scmp.com, Selasa, 21 Juli 2020.

Berdasarkan temuan awal, vaksin eksperimental tersebut berhasil memicu kekebalan tubuh pada ratusan orang yang mendapatkan suntikan terhadap virus corona.

Para peneliti Inggris itu pertama kali mulai menguji kandidat vaksin pada bulan April kepada sekitar 1.000 orang, yang setengahnya mendapat suntikan vaksin eksperimental itu.

Rangkuman Jawaban Belajar dari Rumah di TVRI Edisi 22 Juli 2020, Siswa SD Kelas 1-3, 4-6 dan SMP

Tahap Penawaran Lelang Barang Milik Pemkab Bangli Dimulai Besok, Bisa Cek di lelangindonesia.go.id

Rapat Perdana, Komite Penanganan Covid-19 & Pemulihan Ekonomi Nasional Rumuskan Kebijakan Strategis

Percobaan awal semacam itu biasanya dirancang hanya untuk mengevaluasi keamanan vaksin terhadap kesehatan, tetapi dalam kasus ini para ahli juga mencari tahu apa respons imun yang terjadi.

Para ilmuwan mengatakan mereka menemukan vaksin covid-19 eksperimental mereka menghasilkan respons kekebalan ganda pada orang berusia 18 hingga 55 tahun, yang berlangsung setidaknya selama dua bulan setelah mereka diimunisasi.

"Kami melihat respons kekebalan yang baik di hampir semua orang," kata Dr Adrian Hill, direktur Jenner Institute di Oxford University.

Hill menjelaskan bahwa vaksin itu memincu antibodi penawar - molekul yang merupakan kunci untuk memblokir infeksi. Selain itu, vaksin ini juga menyebabkan reaksi pada sel-T tubuh yang membantu melawan virus corona.

Vaksin Covid-19 eksperimental itu menyebabkan efek samping ringan seperti demam, kedinginan, dan nyeri otot lebih sering dibandingkan mereka yang mendapat vaksin meningitis.

Hill mengatakan bahwa uji coba yang lebih besar untuk mengevaluasi efektivitas vaksin itu, yang melibatkan sekitar 10.000 orang di Inggris serta peserta di Afrika Selatan dan Brasil, masih berlangsung.

Uji coba besar lainnya dijadwalkan akan segera dimulai di AS, pada sekitar 30.000 orang.

Hill memperkirakan mereka mungkin memiliki data yang cukup pada akhir tahun untuk memutuskan apakah vaksin itu bisa digunakan secara massal.

Dia mengatakan vaksin itu tampaknya menghasilkan tingkat antibodi yang sebanding dengan yang diproduksi oleh orang-orang yang pulih dari infeksi covid-19, dan berharap bahwa reaksi sel-T akan memberikan perlindungan ekstra.

"Ada semakin banyak bukti bahwa memiliki respons sel-T serta antibodi bisa sangat penting dalam mengendalikan covid-19," kata Hill.

Tiga Mantan Bupati Usulkan Diatmika-Muntra untuk Diusung KRBB di Pilkada Badung 2020

4 Zodiak Ini Kurang Bisa Diberi Tanggung Jawab, Hidup Sesuka Hati hingga Suka Berubah

Ini Penjelasan Bupati Gianyar Soal Progres Renovasi Stadion Dipta Gianyar Jelang Piala Dunia U-20

Dia menyarankan respons kekebalan mungkin ditingkatkan setelah diberikan dosis kedua.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved