Breaking News

Orangtua Sering Marah pada Anak, Apa Dampaknya?

Dr Lim Boon Leng, mengatakan, ketika keluarga terjebak di rumah selama pandemi Covid-19, dia telah mendengar laporan banyak sekali orangtua yang menja

Shutterstock
Ilustrasi anak dan orangtua bertengkar 

TRIBUN-BALI.COM - Selama pandemi, apakah kamu merasa lebih sering marah dan meneriaki anak?

Jika ya, tenang, kamu tidak sendirian.

Dr Lim Boon Leng, mengatakan, ketika keluarga terjebak di rumah selama pandemi Covid-19, dia telah mendengar laporan banyak sekali orangtua yang menjadi lebih sering marah dan frustrasi dengan anak-anak mereka saat terjebak di rumah.

“Orangtua biasanya merasa sangat bersalah ketika kehilangan kontrol. Namun demikian, saya belum pernah menemukan kasus yang terlalu ‘lepas kendali’, ”kata Dr Lim di Pusat Kesehatan Psikologis Dr. BL Lim.

Pertengahan Bulan Juli 2020, Trafik Penumpang di 15 Bandara AP I Terus Tumbuh

Gunakan Cleansing Milk Sebelum Cuci Muka, 6 Langkah Praktis Menggunakan Skincare untuk Kulit Cerah

Promo JSM Alfamart 24-28 Juli, Diskon Beras, Milk Fair, Aneka Camilan hingga Beli 2 Gratis 1

Hal senada diungkap oleh Theresa Pong, penasihat utama Focus on the Family, Singapura, bahwa tinggal di rumah selama berbulan-bulan telah meningkatkan stres orangtua dalam berbagai aspek.

Mulai dari cabin fever yang entah kapan akan berakhir, hingga mengelola anak-anak sendirian sambil memenuhi komitmen pekerjaan, dipaksa untuk bekerja lebih dekat dengan pasangan mereka, dan belum lagi kekhawatiran tentang keuangan, kesehatan, dan gaya hidup keluarga.

Sementara di sisi lain, orangtua sebenarnya memiliki harapan tinggi tentang bagaimana mereka ingin menghabiskan waktu dengan anak-anak mereka selama masa karantina.

Sehingga, mereka berjuang menyeimbangkan bekerja dari rumah dan merawat anak-anak mereka.

Promo JSM Indomaret 24-26 Juli dan Promo JSM Alfamart 24-28 Juli 2020, Diskon Beras hingga Mi Instan

Update Covid-19 di Bali 23 Juli, Pasien yang Telah Sembuh 74 Orang, 696 Orang Dalam Perawatan

Kronologi Istri Restui Suaminya Menikahi Anak Tiri Sampai Melahirkan Keturunan, Terungkap Fakta Ini

“Seiring dengan garis batas antara pekerjaan dan keluarga yang makin tak terlihat jelas, bertambahnya tekanan dapat mengakibatkan kekecewaan dan bahkan kebencian, yang kemudian menyebabkan mereka kehilangan regulasi emosional", kata Theresa.

Selama Pandemi Ibu ternyata lebih stres daripada ayah

Meskipun hal ini dapat terjadi pada ibu dan ayah, Ibu lebih rentan terhadap stress, karena mereka cenderung menjadi pengasuh utama, jelas Christine Wong, pendiri dan pelatih kepala psikotrauma di Rhemaworks International, Singapura.

Fokus pada survei Keluarga terhadap 1.076 ibu di bulan Maret dan bulan April lalu membuktikan hal ini. Enam puluh persen ibu yang disurvei oleh badan amal setempat, menilai tingkat stres mereka adalah 7 dari 10.

Ini adalah peningkatan yang nyata dari 52 persen dalam survei tahun lalu.

Laporan tersebut mencatat, para ibu juga berisiko terhadap kesehatan emosi dan mental yang buruk, karena lebih dari 6 dari 10 responden tidur kurag dari enam jam.

Makna dan Tujuan Ibadah Kurban di Hari Raya Idul Adha 1441 H, Sekaligus Tips Memilih Hewan Kurban

Pohon Beringin Tumbang Timpa Pelinggih Pura Subak Yeh Kuning Karangasem

5 Arti Mimpi Buang Air Kecil, Ngompol di Celana Berhubungan dengan Keuangan

Wong mengatakan, orangtua harus mewaspadai ‘bendera merah emosional’, di antaranya menetapkan terlalu banyak aturan dan emosi ketika anak tidak mematuhinya, terlalu mengontrol dan menggunakan metode seperti berteriak dan memukul, serta menyalahkan anak atas kelakuan buruk.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved