Bisnis Garuda Indonesia Sudah Sampai Titik Nadir, Begini Saran Pengamat
Sebagai salah satu jalan keluar, Garuda Indonesia meminta dana talangan kepada pemerintah senilai Rp 8,5 triliun.
TRIBUN-BALI.COM - PT Garuda Indonesia (GIAA) tengah membutuhkan pembiayaan senilai Rp 9,5 triliun agar bisa tetap beroperasi di tengah terpaan pandemi Covid-19 yang melanda dunia.
Opsi dana talangan dengan skema mandatory convertible bond diusung perseroan.
Sebagai salah satu jalan keluar, Garuda Indonesia meminta dana talangan kepada pemerintah senilai Rp 8,5 triliun.
Kucuran itu akan digunakan untuk menjaga likuiditas dan solvabilitas perusahaan pada 2020—2023.
• Lakukan efisiensi di Tengah Pandemi,Garuda Indonesia Tawarkan Pensiun Dini Hingga Fokus Bisnis Kargo
• 43 Usaha Bidang Pariwisata Telah Diverifikasi oleh Tim Verifikasi Pemkab Badung
• Pelaku Pencurian Mesin Traktor Berhasil Diringkus, Sempat Melawan, Polisi Berikan Timah Panas
Garuda Indonesia memerlukan kucuran dana talangan secara jangka pendek sehingga kecepatan mekanisme pengucuran dana menjadi penting setelah menjadi salah satu penerima dukungan dalam program pemulihan ekonomi nasional senilai Rp 8,5 triliun.
Pengamat Penerbangan Alvin Lie menjelaskan, teknis dana talangan dalam bentuk mandatory convertible bond (MCB) tidak perlu dipermasalahkan, asalkan pemerintah bisa mengalirkannya secara cepat.
Terlebih bentuk dana talangan juga bukan merupakan suntikan dana segar langsung kepada maskapai.
Alvin menyebut, kondisi Garuda saat ini sudah sampai titik nadir.
"Kalau tidak cepat ada tindakan luar biasa, mungkin tidak akan mampu bertahan satu sampai dua bulan ke depan," jelas Alvin kepada kontan.co.id, Selasa (28/7/2020).
Menurut Alvin, Garuda Indonesia adalah perusahaan terbuka.
Sahamnya dimiliki juga swasta, dalam hal ini tidak hanya pemerintah saja tetapi juga pemegang-pemegang saham lainnya
Karena menurut Alvin, apapun yang dilakukan pemerintah ini berdampak kepada nilai saham, berdampak kepada komposisi, kepada kepemilikan, dan sebagainya.
"Nilai strategis Garuda bagi pemerintah itu apa, apakah hanya murni bisnis atau ada nilai strategi lainnya, kalau hanya nilai bisnis sepertinya sulit untuk mempertahankan Garuda hidup karena secara perhitungan bisnis antara aset dengan hutang dengan liability atau kewajiban, ini sudah tidak seimbang lagi bahkan tidak sedikit pihak-pihak yang mengajukan agar garuda pailit saja. Jadi ini tidak semudah apa yang dibayangkan karena pertimbangannya banyak," jelasnya.
Alvin menyebut, kalau memang Garuda masih punya nilai strategis bagi pemerintah tentunya pemerintah harus cepat turun tangan.
• MaxOnehotels@Ubud Telah Tersertifikasi Penerapan Tatanan Kehidupan Bali Era Baru
• Kabar Duka, Pemilik Bumbu Desa Meninggal Dunia, Begini Kisah Suksesnya Membangun Bisnis Resto
• Update Kasus Covid-19 di Kota Denpasar 28 Juli, 23 Orang Sembuh, Kasus Positif Bertambah 10 Orang
Injeksi dana segar kalau masih punya.