Orangtua Siswa Keluhkan Pembelajaran Daring, Dewan Minta Sekolah Dibuka untuk Tatap Muka Bergilir

Ketua Komisi IV DPRD Bali, I Gusti Putu Budiarta meminta agar Dinas Pendidikan se-Bali mulai melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/I Putu Supartika
Siswa memanfaatkan Wi-Fi di Banjar Petangan Gede, Denpasar, Bali, untuk belajar online, Senin (20/7/2020). 

"Seperti itu harapan kita kepada Kadis (Pendidikan) supaya diperhatikan hal-hal seperti itu. Mulai sekarang diperhatikan, apalagi kita akan segera membuka pariwisata di era new normal. Tetapi harap juga pelan-pelan, jangan full langsung. Pelan-pelan dan bertahap," pintanya.

Pihaknya mengaku banyak menerima keluhan dari orangtua siswa yang harus bekerja dan tidak memiliki guru pembimbing.

Pemprov Bali Terbitkan Perda, Kini Masyarakat Bisa Dapatkan Layanan Kesehatan Tradisional di Faskes 

Johnny Ungkap Jokowi Meminta ke Surya Paloh untuk Tidak Mencalonkan Iparnya di Pilkada Gunungkidul

Nasib Esemka Kini, Bak Pabrik Kosong, Tak Banyak Aktivitas, Hingga Karyawan Dirumahkan

Situasi itu membuat anak mereka tidak paham ketika mendapatkan materi yang diajarkan oleh guru.

Di sisi lain orang tua juga mempunyai keterbatasan waktu dalam mendampingi anaknya belajar melalui virtual karena harus bekerja.

Berangkat dari persoalan itu, pihaknya meminta kepada Dinas Pendidikan se-Bali bisa melakukan permohonan agar merevisi terkait aturan yang dijalankan oleh pemerintah.

Karena kebijakan terkait dengan pembelajaran via daring ini sesuai dengan arahan dari pemerintah pusat.

"Agar diusulkan kepada pusat agar bisa merevisi paling tidak keinginan di daerah itu seperti ini," jelasnya.

Bendesa Adat Pedungan itu menilai, dalam pembukaan sekolah nantinya tetap harus memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.

Hal itu dilakukan agar tidak adanya kemunculan klaster Covid-19 di sekolah.

Menurutnya, daerah sampai saat ini belum membuka sekolah karena ditakutkan anak-anak di bawah umur 14 tahun atau SMP ke bawah tidak memahami arti penting dari protokol kesehatan untuk pencegahan Covid-19.

Sementara untuk anak-anak 15 tahun atau SMA ke atas biasanya sudah mulai paham terhadap adanya protokol tersebut.

"Yang anak-anak terutama SD dan TK ini. Jadi ketakutan yang paling pasti adanya klaster baru penularan Covid-19 di sekolah," tuturnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved