Virus Corona

Virus Corona Ternyata Tak Hilang Saat Musim Panas, Ini Fakta dan Penjelasannya

Hingga saat ini, beberapa negara terpanas di dunia - Brasil dan Arab Saudi, misalnya - mencatatkan wabah virus corona terbesar.

Editor: Wema Satya Dinata
Pixabay
Ilustrasi virus corona covid-19 melanda dunia. 

Ini lebih berkaitan dengan fakta bahwa, dengan udara segar dan lebih banyak ruang di antara orang-orang, risiko infeksi menurun.

Penelitian telah menunjukkan bahwa virus corona lewat dalam tetesan kecil yang disebut aerosol, yang melayang di udara dan menumpuk seiring waktu.

Di luar, udara lebih banyak bergerak.

 "Penggantian udaranya sangat besar," kata Nir-Paz. “Di luar ada banyak (pergerakan); di dalam, hanya ada sedikit,” paparnya.

Lalu bagaimana dengan hipotesis bahwa matahari membunuh Covid-19?

Beberapa ilmuwan sedang mempelajari apakah sinar ultraviolet dari matahari menghancurkan virus corona.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases menemukan bahwa 90% dari virus corona yang menular tidak aktif dalam waktu kurang dari 20 menit ketika terpapar sinar matahari yang disimulasikan mewakili titik balik matahari musim panas di garis lintang utara 40° di permukaan laut pada hari yang cerah.

Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan hasil ini, dan jumlah sinar ultraviolet yang mencapai permukaan bumi tidak konstan dan karenanya tidak dapat diandalkan.

 Putterman menekankan bahwa hanya berada di luar tidak cukup untuk memastikan keselamatan seseorang dari virus corona.

 Dia mengatakan, virus corona menyebar dalam kerumunan besar - bahkan jika itu musim panas dan bahkan jika berada di luar ruangan.

 “Kepadatan massa adalah faktor terpenting,” katanya.(*)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved