Harga Daging Babi Mulai Merangkak Naik, Diprediksi Tembus Rp 40 Ribu Per Kilogram Saat Galungan

Meskipun harga daging babi sempat anjlok, kini harganya sudah melonjak signifikan atau jika di tingkat peternak dijual Rp 38 ribu per kilogram

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Kegiatan penyemprotan disinfektan di salah satu kandang babi milik peternak di Tabanan beberapa waktu lalu. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Jumlah populasi babi di Kabupaten Tabanan, Bali, saat ini jauh menurun dari sebelumnya atau hanya sekitar 6 ribuan.

Namun, meskipun harganya sempat anjlok, kini harganya sudah melonjak signifikan atau jika di tingkat peternak dijual Rp 38 ribu per kilogram.

Diprediksi akan meningkat lagi seiring dengan permintaan pada saat menjelang perayaan Hari Suci Galungan pada pertengahan September 2020 mendatang.

Wakil Ketua Gabungan Usaha Peternak Babi (Gubi) Bali I Nyoman Ariadi mengatakan, populasi babi khususnya di Kabupaten Tabanan saat ini memang sangat jauh dari sebelumnya, bahkan harganya juga anjlok.

Namun, sejak beberapa waktu terakhir harga sudah mulai merangkak naik dan saat ini sudah di harga Rp 38 ribu per kilogram.

"Saat ini harga babi di pasaran Rp 38 ribu per kilogram, meskipun permintaannya cenderung turun. Tapi nanti ketika menjelang perayaan Galungan, pasti akan naik lagi kemungkinan di kisaran Rp 40 ribu per kilogram," kata Ariadi, Jumat (14/8/2020).

Selain harga daging, kata dia, harga bibit babi kini juga sudah mulai meningkat jauh, dari sebelumnya Rp 400 ribu, kemudian naik di angka Rp 600 ribu per ekor, dan saat ini sudah di harga Rp 700-800 ribu sesuai dengan ukuran dan beratnya.

Hanya saja untuk peningkatan populasi babi saat ini masih belum terjadi secara drastis, mengingat para peternak masih trauma dengan kejadian sebelumnya.

Namun, sejumlah peternak di Tabanan saat ini sudah mulai berani beternak babi meskipun hanya beberapa ekor.

Ia berharap semoga kondisi ini terus membaik.

"Sejumlah peternak yang mulai mencoba-coba untuk mengisi kandang, namun dalam jumlah yang terbatas. Meskipun dalam jumlah terbatas, para peternak juga sudah waspada dengan rutin menyemprotkan disinfektan untuk meminimalisir terjadinya serangan virus seperti sebelumnya," jelas pria yang juga peternak babi di Tabanan ini.

Pria yang juga menjabat sebagai Perbekel Sudimara ini berharap kasus kematian babi secara mendadak bisa memberikan pelajaran berarti bagi para peternak.

Sehingga ke depannya kalangan peternak bisa lebih waspada, lebih menjaga kebersihan kandang dan kesehatan hewannya.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Budana juga mengungkapkan masih merancang atau merencanakan bantuan berupa bibit babi dengan Pagu Indikatif Kecamatan (PIK).

Pihaknya akan memberikan sesuai dengan kebutuhan kelompok, mengingat setiap kelompok memiliki besaran yang berbeda.

"Saat ini masih merancang dan rencananya akan diberikan bantuan melalui PIK tersebut ketika tingkat kematian sudah sangat jauh menurun," ucapnya.

Untuk diketahui, jumlah kematian babi secara mendadak di Bali, khususnya Tabanan, terbilang sangat tinggi, namun hingga kini penyebab dari adanya kasus kematian babi tak kunjung diungkapkan.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved