Fenomena Perigee, Waspada Gelombang Tinggi di Wilayah Ini, Apakah Termasuk Bali?

BMKG mengimbau masyarakat waspada potensi gelombang tinggi dan banjir pesisir atau rob di sejumlah perairan Indonesia akibat faktor astronomi perigee

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Irma Budiarti
IG Deck_sotto
Kondisi gelombang tinggi di perairan pesisir Sanur, Denpasar Selatan, Bali, Kamis (2/7/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat mewaspadai potensi gelombang tinggi dan banjir pesisir atau rob di sejumlah perairan Indonesia akibat faktor astronomi perigee, dimana bulan berada di titik terdekat dengan bumi.

"Faktor astronomi perigee terjadi pada tanggal 21 Agustus 2020, dan ini memberikan pengaruh dalam peningkatan ketinggian muka air laut di wilayah Indonesia," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (21/8/2020).

Selain akibat dari faktor astronomi tersebut, terdapat pula faktor meteorologis berupa potensi gelombang tinggi yang diprakirakan mencapai 2,0 hingga 2,5 meter di Laut Jawa dan perairan utara Jawa.

Lalu bagaimana dengan di Bali?

Menurut Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG III Denpasar, Iman Faturahman, faktor astronomi perigee tidak terlalu berpengaruh di perairan Bali.

Sebab, kondisi gelombang di perairan Bali saat ini sudah tidak lagi seperti beberapa bulan sebelumnya yang mencapai 4 meter lebih. 

"Kalau di Bali saya amati maksimum itu mencapai 2,5 meter di selatan, di utara 2 meteran. Sehingga dengan adanya faktor astronomi perige itu tidak terlalu signifikan dengan ketinggian gelombang dibandingkan dengan sebelumnya," kata Iman saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Iman menjelaskan, faktor astronomi perige adalah jarak bulan terdekat dengan matahari.

Jadi, dengan adanya daya tarik gravitasi bulan itu menyebabkan terjadinya pasang.

"Kalau misalnya dia terjadi bersamaan gelombang pasang akibat adanya gravitasi bulan tadi dengan gelombang tinggi kan saling memperkuat itu gelombangnya, maka akan dikhawatirkan terjadi misalnya banjir rob. Kalau di Bali kan sudah normal sekarang," kata Iman.

Fenomena astronomi perige ini, lanjut dia, terjadi setiap bulan dengan rentang waktu rata-rata selama dua hari.

"Itu sebentar saja, paling 2 harian. kan ada puncak pasang. Habis itu normal lagi," jelasnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved