Petani di Ubud Bertengkar Rebutan Air, Prof Windia: Permasalahan Turun Temurun

Akibat pandemi Covid-19, masyarakat yang kehilangan pekerjaan di industri pariwisata, sebagian besar beralih ke sektor pertanian.

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Foto: Kondisi sawah di Kecamatan Ubud, Gianyar, yang masih terjaga keasriannya, Rabu (26/8/2020) 

Terkait solusi untuk mengatasi ‘megarang yeh akecretan’, kata Prof Windia, harus ada kebijakan dari pengurus subak.

Mulai dari jadwal pembagian air hingga pararem jika adanya maling air di sawah.

"Subak itu sangat bagus jika dijalankan dengan baik, masalah air itu bisa dibagi-bagi agar pembagiannya baik," ujarnya. 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar, Made Raka meminta pada para pekaseh supaya melakukan pengaturan air, terutama di kawasan yang debit airnya kecil.

Selain itu, dalam mengindari rebutan air ini, diharapkan ada pengaturan pola tanam.

Misalnya, sebagian menanam padi dan sebagian menanam pala wija.

“Semua diatur oleh pekaseh yang disepakati krama subak. Subak adalah organisasi otonom, dia yang mengatur diri sendiri secara kelembagaan untuk kepentingan bersama,” tandasnya. (*).

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved