STMIK Primakara Target Terakreditasi A dan Masuk 100 Besar Jajaran Perguruan Tinggi Nasional
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primkara mempunyai target yang cukup prestisius di usianya yang terbilang masih muda.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primkara mempunyai target yang cukup prestisius di usianya yang terbilang masih muda.
Belum genap berusia 7 tahun, Perguruan Tinggi Swasta yang mempunyai slogan Technopreneurship Campus ini menargetkan bisa terakreditasi A dan masuk ranking 100 besar di tingkat nasional.
"Ini memang menjadi salah satu alat ukur kinerja kita, jadi sebagai tujuan kita. Visi kita itu kan menjadi perguruan tinggi unggulan, yang dijadikan acuan adalah akreditasi lembaga sama pemeringkatan Dikti," kata Ketua STMIK Primakara, I Made Artana, Kamis (10/9/2020).
Artana menuturkan, saat ini akreditasi kampusnya yang beralamat di Jalan Tukad Badung Nomor 135 Denpasar ini sudah bernilai B dan masuk di peringkat 170 nasional pada jajaran perguruan tinggi non-vokasi.
"Target jangka pendek kita ke 100 besar, tentu nanti target ambisiusnya lebih mendaki (atau) lagi lebih tinggi lagi. Target jangka pendek lah setahun dua tahun ini kita di 100 besar," tuturnya.
• Bersaing dengan 2.136 Perguruan Tinggi Nonvokasi, STMIK Primakara Masuk Peringkat 170 Nasional
• Kapolres Badung dan Instansi Terkait Bagikan Ribuan Masker ke Pengendara di Jalan Denpasar-Singaraja
• Persib Dapat Satu Tambahan Tenaga Jelang Lawan Bhayangkara FC
Dengan adanya target tersebut, Artana mengakui bahwa pihaknya memang harus bekerja keras.
Apalagi hal itu memang tidak bisa dilakukan secara instan karena parameter atau variabelnya banyak sekali yang harus dipenuhi.
Ia menuturkan, ada empat hal yang dinilai dalam pemeringkatan kampus dalam Klasterisasi Perguruan Tinggi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, yakni input, process, output dan outcome.
"Jadi itu harus bagus semua," kata pria yang pernah menyabet penghargaan The Most Outstanding Development Officer dan The Best Development Officer dari JCI Asia Pasific Development Council itu.
• Lima Tradisi di Karangasem Diusulkan Jadi WBTB, Ada Tarian Abuang Loh Muani hingga Seni Lukis Perasi
• Tak Alami Kendala Apapun, Victor Igbonefo Siap Arungi Jadwal Padat Bersama Persib Bandung
• Pembalap Moto2, Jorge Martin, Dinyatakan Positif Covid-19
Dalam kategori input, ada beberapa indikator yang diukur, mulai dari persentase dosen berpendidikan S3, persentase dosen jabatan lektor kepala dan guru besar, rasio jumlah mahasiswa terhadap dosen, jumlah mahasiswa asing dan jumlah dosen bekerja sebagai praktisi di industri minimal 6 bulan.
"Jadi itu semua dinilai di input itu. Jadi mau enggak mau ke depan kita harus menyekolahkan dosen kita S3 dan yang sudah sekolah diminta balik. Artinya cepat-cepat lulus, jadi biar bisa membantu nilai," kata dia.
Selain mendorong dosen-dosen di STMIK Primakara agar mempunyai lulusan S3, dirinya juga kemudian bakal mendorong agar jabatan akademik juga dinaikkan, dari yang awalnya asisten ahli menjadi lektor dan dari lektor menjadi lektor kepala.
Kemudian dalam indikator proses terdiri atas akreditasi institusi dan akreditasi program studi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT); pembelajaran daring kerjasama perguruan tinggi, kelengkapan laporan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI). Selain itu juga dilihat dari jumlah prodi bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), Non Goverment Organisation (NGO) atau QS Top 100 wCU by subject; Prodi melaksanakan program merdeka belajar dan Mahasiswa mengikuti program Merdeka Belajar.
• BNN Gianyar Ringkus Kurir Narkotika Jaringan Lapas Kerobokan
• KTM Tampil Garang di MotoGP 2020, Casey Stoner: Dani Pedrosa Jadi Kuncinya
• Promo Alfamart 10 September 2020, Promo Selamat Hari Kamis hingga Diskon Kebutuhan Rumah Tangga
"Di proses ada banyak, misalkan akreditasinya seperti apa, baik akreditasi program studi maupun akrediatasi institusi. Jadi di proses ini banyak hal juga yang harus dibenahi," paparnya.