Corona di Bali

Dalam Masa Pandemi, Persembahyangan Galungan Berjalan Seperti Biasa, PHDI Minta Pemedek Dibatasi

Walaupun dalam situasi pandemi Covid-19, pelaksanaan hari raya Galungan di Bali tetap berjalan seperti biasa

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/Rizal Fanany
(Ilustrasi umat Hindu sembahyang) Umat Hindu melaksanakan persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Agung Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (19/2/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Walaupun dalam situasi pandemi Covid-19, pelaksanaan hari raya Galungan di Bali tetap berjalan seperti biasa.

Namun untuk jumlah pemedek di dalam pura dibatasi.

Hal tersebut diungkapkan Ketua PHDI Bali, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana saat dihubungi, Senin (14/9/2020).

Selain itu juga tetap memperhatikan protokol kesehatan.

"Persembahyangan berlangsung seperti buasa, cuma terbatas dan mengikuti protokol kesehatan," kata Sudiana.

RPH Kota Denpasar Terima 68 Ekor Babi untuk Penampahan Galungan, Akan Terus Bertambah

Bhuta Dungulan Turun Saat Penyajaan Galungan, Kendalikan Diri dengan Cara Ini

Jelang Galungan, Harga Cabai Merah Besar di Tabanan Naik Rp 10 Ribu, Kebutuhan Pokok Lainnya Stabil

Sudiana menambahkan, walaupun persembahyangan digelar di merajan, namun harus tetap menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak.

Sementara untuk persembahyangan di pura diatur oleh masing-masing prajuru setempat.

"Ini harus diatur betul, supaya tidak meningkat kasusnya, dan memohon pada Ida Bhatara agar tidak meningkat lagi," katanya.

Persembahyangan di dalam pura diharapkan sangat terbatas.

Semisal pura dengan kapasitas 100 orang, kini hanya 35-40 orang saja.

Masih Banyak Warga Memakai Masker di Dagu, Suwirta Pantau Protokol Kesehatan Jelang Galungan

Jelang Hari Raya Galungan, Kapolsek Badung Cek Protokol Kesehatan di Pasar Blahkiuh

Jelang Galungan, 19 Pura di Wilayah Sumerta Kelod Denpasar Disemprot Disinfektan

"Di parkir juga jangan sampai berjubel menunggu giliran. Prajuru harus membantu masyarakat untuk memberikan pemahaman agar bisa mengatur diri agar tidak terjadi kerumunan," katanya.

Untuk tata cara saat nunas tirta, tirta harus diukub atau dimatangkan.

"Jangan pakai tirta dari air mentah," imbuhnya.

Pemangku harus tetap menggunakan masker dan menggunakan pengetisan yang berisi gagang agak panjang sehingga air tirta tidak tesentuh langsung oleh tangan.

Saat membagikan bija juga tetap menggunakan sendok dan tidak menggunakan tangan.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved