Ditemukan Benda Aneh di Bitera, Ini Penjelasan Balai Pelestarian Cagar Budaya
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gianyar masih menunggu hasil penelitian terkait benda aneh di Kelurahan Bitera, Gianyar, Bali.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gianyar masih menunggu hasil penelitian terkait benda aneh di Kelurahan Bitera, Gianyar, Bali.
Belum bisa dipastikan temuan tersebut merupakan benda purbakala.
Namun dipastikan benda yang ditemukan tersebut berupa cincing dan tajak atau bahan pertanian.
Jikapun itu merupakan peninggalan purbakala, disimpulkan tulang kerangka manusia yang ditemukan bersama benda tersebut diduga masyarakat jelata.
Petugas BPCB Gianyar, Yadnya seizin Kepala BPCB Gianyar, Komang Anik Purniti, Selasa (22/9/2020) mengatakan, terkait dengan temuan tersebut, pihaknya telah melakukan berbagai langkah sesuai tugas pokok dan fungsi, yakni meninjau, pengumpulan data dan sebagainya.
• Sempat Terapkan Fase 2 untuk Jumlah Pengunjung, Kebun Raya Bedugul Kembali ke Fase 1
• Seusai Menjalani Sidang, Jerinx: Silakan Nilai Sendiri
• Benyamin Sueb Jadi Google Doodle, Seniman dan Penyanyi Legendaris Betawi, Ini Profil dan Karirnya
"Selaku lembaga pelestarian objek yang diduga cagar budaya berkewenangan untuk menyelamatkan dan melestarikannya. Perkara apakah itu tergolong ke dalam tinggalan cagar budaya itu adalah kewenangan dan tupoksi dari Balai Arkeologi Bali yang memang tugas pokok dan fungsinya melakukan penelitian lebih lanjut," ujarnya.
"Jadi untuk langkah upaya selanjutnya, kami mesti menunggu hasil penelitian Balai Arkeologi, dengan rekomendasinya apakah perlu diselamatkan dan dilestarikan. Kalau memang rekomendasinya ternyata termasuk objek yang diduga cagar budaya yang mesti dilindungi dan dilestarikan maka BPCB Bali akan melakukan pelestariannya," imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakannya, benda yang ditemukan tersebut berupa tajak dari bahan logam perunggu yang fungsinya sebagai alat bercocok tanam.
Selain itu juga ada cincin, diduga sebagai aksesoris atau petanda status sosial orang yang dikubur.
• Sempat Tutup karena Pegawai Positif Covid-19, Kini Diskominfo Gianyar Sudah Buka Seperti Biasa
• Daftar Para Menteri Jokowi yang Kena Covid-19 Sampai Masuk ICU
• Cari Nafkah di Bali, Driver Ojek Online Tewas Kecelakaan di Denpasar, Tinggalkan Istri dan Dua Anak
"Tapi sayang peti batunya tidak ditemukan, biasanya orang yang memiliki status sosial tinggi (tokoh masyarakat), biasanya dikubur dengan peti batu dan bekal kubur yang banyak," ujarnya.
Terkait dugaan di kawasan itu merupakan kota kuno, ia menegaskan tidak. Hal ini karena tidak ditemukan bukti-bukti ke arah situ.
"Terkait dugaan kota kuno adalah tidak. Karena bukti ke arah itu belum ditemukan. Temuan kali ini merupakan komponen salah satu sistem penguburan (bekal kubur) manusia masa prasejarah, karena tidak ditemukan adanya sarkofagus sebagai wadahnya, diduga memakai sistem penguburan primer. Sedangkan yang dikubur kemungkinannya tokoh, tapi karena bekal kubur yang dibawa juga sedikit mungkin juga masyarakat biasa," ungkapannya. (*)