Corona di Bali

Cegah Klaster Baru, Untuk Pertama Kali Ngerebong di Desa Adat Kesiman Denpasar Dilaksanakan Ngubeng

Dikarenakan masih dalam situasi pamdemi Covid-19, prosesi Ngerebong di Pura Agung Petilan Kesiman, Denpasar, Bali, dilaksanakan ngubeng

Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Putu Supartika
Pelaksanaan Pengerebongan di Desa Adat Kesiman, Denpasar, Bali, 6 bulan lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dikarenakan masih dalam situasi pamdemi Covid-19, prosesi Ngerebong di Pura Agung Petilan Kesiman, Denpasar, Bali, dilaksanakan ngubeng.

Ngerebong ini dilaksanakan pada Minggu Pon Medangsia, 4 Oktober 2020 mendatang.

Pada pelaksanaan kali ini, untuk pertama kalinya dilaksanakan dengan ngubeng.

Pelaksanaan ngubeng dilakukan sesuai keputusan Paruman Desa Adat Kesiman untuk mengantisipasi terjadinya klaster baru penyebaran Covid-19 saat upacara.

Plt Bendesa Adat Kesiman, I Wayan Sukana mengatakan, pangrebongan saat ini tidak menggunakan prosesi upacara sebagaimana mestinya.

Oka Winaya Jadi PAW Edi Wirawan, Wakil Rakyat Dapil Kediri-Marga

Gurita Bisnis Grup Salim, Penguasa Produk Makanan Indonesia Mulai Indofood Sampai Sari Roti

Namun, yang berjalan saat prosesi adalah upakara yang nantinya diatur para pemangku.

Jika biasanya dilaksanakan ngurek, ngider bhuana, dan nedunang Ida Bhatara, namun sekarang itu tidak dilaksanakan.

"Hanya dilakukan secara sederhan," katanya.

Sukana menambahkan, walaupun prosesi upacara ditiadakan namun rangkaian upacara dengan menggunakan upakara masih tetap dilakukan.

Ngerebong yang biasanya diawali dengan membawa pralingga terlebih dulu ke Pura Musen untuk nunas pesucian, yang dilanjutkan berbalik arah menuju Pura Penataran Agung Petilan, Kesiman, untuk persembahyangan dilakukan oleh banyak warga, sekarang disederhanakan.

Bocah Kelas 5 SD Tewas Tenggelam di Kolam Pemandian Seririt Buleleng

Karbon Monoksida Meluap Tewaskan 16 Orang di Kota Chongqing China

Pasucian hingga persembahyangan tetap dilakulan tanpa nedunang pralingga dan tidak melibatkan banyak warga.

Prosesi itu akan dilakukan pemangku dan prajuru tanpa prosesi nedunang pralingga di masing-masing banjar.

"Jadi di pura juga hanya pemangku yang muput," katanya.

Ia menambahkan, walaupun Pangrebongan dilaksanakan ngubeng, namun prajuru tidak melarang bagi warga yang ingin bersembahyang ke Pura Agung Kesiman Petilan.

Dengan catatan, masyarakat yang ingin sembahyang diwajibkan untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan baik untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved