Purnama Kapat Baik untuk Pembersihan dan Penyucian Diri, Begitu Juga Bersedekah

Dalam lontar Sundarigama dikatakan bahwa Purnama merupakan payogan Sang Hyang Candra.

Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi bulan Purnama (Rizal Fanany) 

TRIBUN-BALI.COM - Dalam Kalender Bali, Kamis (1/10/2020) merupakan Purnama Kapat.

Purnama merupakan hari suci umat Hindu.

Banyak yang melaksanakan piodalan saat Purnama Kapat.

Besok merupakan hari baik untuk melaksanakan berbagai macam yadnya.

Ketua Bawaslu: Pada Pilkada Serentak Petahana Berpotensi Kerahkan ASN sehingga Langgar Netralitas

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, Simak Perbedaannya dengan Hari Lahir Pancasila 1 Juni

Soal Kerugian Bali United Setelah Liga 1 Ditunda, Ini Penjelasan CEO Yabes Tanuri

Termasuk upacara pembersihan diri atau melukat.

Pada kesempatan itu, umat Hindu akan melakukan persembahyangan menggunakan pakaian adat bali.

Purnama Kapat berlangsung saat bulan keempat atau sasih kapat dalam bulan Bali.

Sasih kapat ini juga disebut kartika masa dimana saat ini bunga-bunga sedang bermekaran.

Hari Purnama jatuh saat bulan penuh atau sukla paksa.

Dalam lontar Sundarigama dikatakan bahwa Purnama merupakan payogan Sang Hyang Candra.

Terkait purnama ini disebutkan:

Mwah hana pareresiknira sang hyang rwa bhineda, makadi sang hyang surya candra, yatika nengken purnama mwang tilem, ring purnama sang hyang ulan mayoga, yan ring tilem sang hyang surya mayoga.

Artinya:

Ada lagi hari penyucian diri bagi Dewa Matahari dan Dewa Bulan yang juga disebut Sang Hyang Rwa Bhineda, yaitu saat tilem dan purnama.

Saat purnama adalah payogan Sang Hyang Wulan (Candra), sedangkan saat tilem Sang Hyang Surya yang beryoga.

5 Arti Mimpi Menikah, Pertanda Kekhawatiran Jika Mimpi Menikah Karena Perjodohan

Arti Mimpi Api atau Kebakaran, Bukan Pertanda Buruk, Sesuatu Menakjubkan Terjadi Bulan Depan

Kekasih Kerap Berselingkuh, Zareena Siram Air Mendidih di Tubuh Pacar saat Tidur

Saat purnama juga merupakan hari penyucian diri lahir batin.

Oleh karena itu semua orang wajib melakukan penyucian diri secara lahir batin dengan mempersembahkan sesajen berupa canang wangi-wangi, canang yasa kepada para dewa, dan pemujaan dilakukan di Sanggah dan Parahyangan, yang kemudian dilanjutkan dengan memohon air suci.

Di mana dalam lontar Sundarigama disebutkan:

Samana ika sang purohita, tkeng janma pada sakawanganya, wnang mahening ajnana, aturakna wangi-wangi, canang nyasa maring sarwa dewa, pamalakunya, ring sanggat parhyangan, laju matirta gocara, puspa wangi.

Selain itu Purnama juga merupakan hari baik untuk melakukan dana punia.

Menurut Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kertha Bhuana, dari Gria Batur Giri Murti, Glogor, Denpasar, kadang ada orang yang melihat peristiwa bagus atau baik untuk melakukan sedekah.

Misalnya saja mereka melakukan sedekah saat purnama.

“Saat purnama orang sedang senang-senangnya karena melihat bulan purnama. Kan senang melihat bulan bulat bersih, sehingga sangat baik bersedekah pada orang lain saat sedang senang,” kata Ida Rsi.

Memberikan bantuan pada orang yang memerlukan dan orang yang kurang senang pada saat purnama atau pada saat si pemberi itu senang menurut Ida Rsi sangat tepat.

Waktunya tepat dan memberikan sesuatu yang bermanfaat.

Sementara itu, jangan lupa juga melakukan ‘sedekah’ atau persembahan kepada Bhuta Kala dengan segehan.

Sedangkan yang ke atas melakukan persembahan kepada Tuhan dengan kembang.

“Sehingga seimbang persembahan kita. Ke patala ada, dan ke akasa juga ada,” kata Ida Rsi.

Ida mencontohkan saat usai perang Bharata Yudha, seorang raja melakukan upacara aswameda.

Walaupun raja melakukan itu, tetapi pendeta yang keluarganya miskin melakukan dengan memungut gandum, memasaknya, lalu dipersembahkan kedapa leluhur.

Mengenai sedekah, disebutkan dalam Sarasamuscaya, 170 berbunyi:

Amatsaryam budrih prahurdanam dharma ca samyamam,

wasthitena nityam hi tyage tyasadyate subham.

Nihan tang dana ling sang Pandita, ikang si haywa kimburu,

Ikang si jenek ri kagawayaning dharmasadhana,

apan yan langgeng ika, nitya katemwaning hayu,

pada lawan phalaning tyagadana.

Artinya:

Yang disebut dana (sedekah) kata sang pandita, ialah sifat tidak dengki (iri hati), dan yang tahan berbuat kebajikan (dharma) sebab jika terus menerus begitu, senantiasa keselamatan akan diperolehnya, sama pahalanya dengan amal yang berlimpah-limpah.

Akan tetapi, menurut Ida bersedekah itu tidak usah memandang pahala, ada atau tidak yang penting laksanakan.

“Seperti yang dikatakan dalam Bhagawad Gita, tetap memberikan persembahan, lakukan kewajiban jangan mengharapkan phala. Ada atau tidak phala laksanakan saja,” tambah Ida Rsi.

Dalam petikan Bhagawad Gita, XVII. 25 disebutkan:

Tat ity anabhisanshaya

Phalam yajna-tapah-kriyah,

Dana-kriyas ca vividhah

Kriyante moksa-kansibhih

Yang artinya: dengan ucapan “Tat” dan tanpa mengharap-harap pahala atas penyelenggaraan ucapan yajna, tapabrata dan juga dana punia yang berbagai macam jenisnya, dilaksanakan oleh mereka yang mengharapkan moksa. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved