Corona di Indonesia

Cegah Klaster Baru Tempat Kerja, 3 Mahasiswa ITS Ciptakan Alat Deteksi Corona di Lingkungan Industri

Hal ini menarik perhatian tiga mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Editor: Wema Satya Dinata
ITS
Tim menunjukkan Co-Saber secara daring dari rumah masing-masing. 

TRIBUN-BALI.COM - Penyebaran Covid-19 masih terus terjadi, bahkan merambah hingga ke klaster industri.

Hal ini menarik perhatian tiga mahasiswa Departemen Teknik Instrumentasi, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk mencari solusi pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan industri.

Tiga mahasiswa, Eko Rian Fauzi, Mia Dwi Susanti dan Arinditya Berlinda menggagas Corona Smartband and Smart Detector (Co-Saber), sebuah teknologi presensi pintar sebagai pencegah penyebaran corona virus di industri kecil dan menengah.

Eko Rian Fauzi, Ketua Tim Armies mengungkapkan metode presensi menggunakan fingerprint menjadi salah satu penyebab menyebarnya virus.

Menteri Terawan Sebut Tenaga Medis dan Pekerja Berusia 18-59 Tahun Dapat Prioritas Vaksin Covid-19

Bawaslu Temukan 303 WNA Masuk Daftar Pemilih Sementara di Enam Pilkada se-Bali

Update Covid-19 Bali, 1 Oktober: Kasus Positif Bertambah 141 Orang, 122 Pasien Sembuh & 3 Meninggal

Oleh karena itu, Co-Saber hadir sebagai solusi.

Co-Saber terdiri dari dua perangkat, Smartband dan Smart Detector yang dihubungkan oleh koneksi internet.

Smartband didesain khusus menyerupai gelang yang akan dipakai oleh pekerja.

“Alat tersebut berfungsi untuk melakukan pemantauan riwayat perjalanan pekerja, sehingga alat ini disertai dengan Global Positioning System (GPS),” paparnya.

Sedangkan Smart Detector, lanjut Eko, dipakai sebagai alat presensi nonkontak sebelum pekerja memasuki lokasi kerja.

Untuk meminimalisasi kontak fisik, maka disematkanlah fitur face detection untuk mengidentifikasi pekerja yang melakukan presensi.

“Pada perangkat ini juga terdapat sensor suhu berbasis sinar inframerah untuk mengukur suhu tubuh pekerja tanpa melakukan kontak fisik,” tambah pemuda asal Probolinggo tersebut.

Cara kerjanya, sensor ultrasonik akan mengidentifikasi seseorang di depan perangkat.

Jika terdeteksi, nantinya kamera akan mengambil citra wajah pekerja tersebut.

“Kemudian hasilnya akan diproses menggunakan teknologi face detection untuk mengetahui identitas pekerja yang melakukan presensi,” jelasnya.

Kasat Agus Tri Mengundurkan Diri Setelah Dibilang Banci Kapolres Blitar, Polda Jatim Buka Suara

Populasi Jalak Bali Menurun, Pertamina MOR V Luncurkan Program Konservasi

Positif Covid-19 di Buleleng Bertambah 11 Orang, Meninggal Satu Orang

Selanjutnya, riwayat perjalanan pekerja tersebut akan diambil dari Cloud Storage dan diidentifikasi secara otomatis apakah pekerja tersebut mengunjungi satu atau lebih lokasi pada daftar hitam Covid-19.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved