Prof Suryani Nilai Perempuan Lebih Berat Hadapi Pandemi, Tetapi Mereka lebih Kuat

Selain bertugas untuk memasak untuk keluarga, pekerjaan perempuan kini bertambah karena harus menemani anaknya belajar dari rumah.

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Pendiri Suryani Institute for Mental Health, Prof. Luh Ketut Suryani menjadi salah satu pembicara dalam bincang Santapan Jiwa dan Jasmani (Sanjiwani) bersama Tribun Bali yang tayang pada Selasa (13/10/2020) 

Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam menghadapi pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), perempuan dinilai memiliki tanggungjawab yang cukup besar.

Selain bertugas untuk memasak untuk keluarga, pekerjaan perempuan kini bertambah karena harus menemani anaknya belajar dari rumah.

Pendiri Suryani Institute for Mental Health, Prof. Luh Ketut Suryani menilai, perempuan memang lebih berat menghadapi pandemi Covid-19, tetapi mereka lebih kuat dibandingkan laki-laki.

"Justru yang kami takutkan laki-laki," kata Prof Suryani dalam bincang Santapan Jiwa dan Jasmani (Sanjiwani) bersama Tribun Bali yang tayang pada Selasa (13/10/2020).

Baca juga: Oppo Reno4 F Dijual Rp 4,3 Juta, Ini Kelebihannya, Spesifikasi Lengkap dan Promo Selama Pre-order

Baca juga: Turki dan Rusia Ikut Terlibat Bahas Konflik Bersenjata Azerbaijan-Armenia

Baca juga: Nyetir Mobil Tanpa Menggunakan Alas Kaki, Berbahayakah?

Prof Suryani mengaku lebih mencemaskan laki-laki daripada perempuan dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Hal itu dikarenakan laki-laki di Bali sudah lebih dimanja sejak kecil.

 Tujuannya agar laki-laki Bali bisa diatur karena akan selamanya di rumah.

Berbeda dengan anak perempuan yang menikah akan meninggalkan rumah sehingga mereka harus menjadi contoh, bisa bekerja keras, bisa membantu, ringan tangan dan sebagainya.

Dalam bincang dengan topik "bagaimana mencegah bunuh diri di tengah pandemi" tersebut, Prof Suryani menuturkan, pasien yang ingin bunuh diri atau cemas dan takut justru lebih banyak yang laki-laki.

Karena perempuan dianggap lebih kuat, Prof Suryani berharap mereka bisa mendekati suaminya di tengah pandemi Covid-19, apalagi jika suaminya telah kehilangan pekerjaan.

Bagi Prof Suryani, dalam masa pandemi Covid-19, lelaki dan perempuan seharusnya bisa saling memahami di tengah rumah tangga.

Situasi pandemi tidak harus ditangisi dan menghadapinya dengan ketakutan, tetapi justru perlu menenangkan diri sejenak.

"Ini musibah memang, tapi bisakah kita melihat bahwa ini pelajaran dari Tuhan," jelas professor ahli kesehatan jiwa itu.

Apalagi, pandemi Covid-19 bukan pertama kali yang menyebabkan Bali menjadi krisis.

Baca juga: Pelapor Jerinx SID dari IDI Bali Bicara di PN Denpasar Postingan Jerinx Melemahkan Semangat Kami

Baca juga: Update Covid-19 Bali 13 Oktober 2020, 8 Orang Hari Ini Meninggal karena Corona

Baca juga: Terjerat Jebakan Tikus, Satu Keluarga Tewas, Sandal Tercecer di TKP

Beberapa kejadian lain juga sempat menyebabkan ekonomi Bali menjadi anjlok.

 Maka dari itu, Prof Suryani berharap masyarakat bisa tenang dalam menghadapi pandemi Covid-19.

"Memang tidak ada duit, tidak ada pekerja. Tapi bukan berarti kita terus marah-marah. Renungkan diri, adakan waktu untuk ngobrol dan adakan waktu untuk merenung apa yang harus saya lakukan," jelasnya.

Dalam menghadapi krisis ini, memang akan ada terbersit di pikiran untuk melakukan bunuh diri.

Akan tetapi pemilihan untuk bunuh diri sebenarnya justru mengerikan dan akan menambah beban bagi keluarga.

Prof Suryani menyarankan, jika memang mempunyai masalah alangkah baiknya antara suami dan istri duduk berdua di lokasi yang nyaman dan mencoba melepaskan beban dan merenung. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved