Corona di Bali

Cegah Kasus Bunuh Diri Saat Pandemi, Pemerintah Didorong Bentuk Layanan Kesehatan Mental  

Prof Luh Ketut Suryani mendorong pemerintah untuk membuat layanan untuk masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan mental

Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Wayan Sui Suadnyana
Bincang Santapan Jiwa dan Jasmani (Sanjiwani) Tribun Bali yang tayang pada Selasa (13/10/2020). Dalam bincang ini Tribun Bali menghadirkan psikiatri dari Suryani Institute for Mental Health, Prof Luh Ketut Suryani (tengah) dan Cokorda Bagus Jaya Lesmana (kiri). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) hampir semua masyarakat mengalami kesulitan.

Namun setiap individu mempunyai kerentanan yang berbeda dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Bagi masyarakat yang rentan, bunuh diri menjadi salah satu jalan yang diambil guna menyelesaikan masalah.

Melihat kondisi darurat seperti ini, pendiri Suryani Institute for Mental Health, Prof Luh Ketut Suryani mendorong pemerintah untuk membuat layanan untuk masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan mental.

Layanan ini dinilai penting, sebab jika masyarakat melakukan konsultasi ke psikiater tentu akan mengeluarkan biaya.

Sementara jika ke rumah sakit, masyarakat justru takut terjangkit Covid-19.

"Bisakah pemerintah mengorganisir dari timnya sendiri untuk membuka layanan masyarakat, crisis center kesehatan mental. Bisakah mereka menelepon dengan ngobrol ada yang melayani," kata Prof Suryani dalam bincang Santapan Jiwa dan Jasmani (Sanjiwani) bersama Tribun Bali yang tayang pada Selasa (13/10/2020).

Jika masyarakat nantinya sudah memanfaatkan layanan tersebut, diharapkan mereka bisa berpikir bahwa masalah yang dilaluinya dianggap sebagai ujian dan tidak perlu ditangisi.

Baca juga: Operasi Yustisi di TL Jalan Gatsu Timur-Nangka Denpasar, 5 Orang Tanpa Masker Didenda Rp 100 Ribu

Baca juga: 383 Warga Jembrana Terpapar Covid-19, 10 Pasien Meninggal Dunia

Masyarakat yang mempunyai masalah dan sudah bisa menganggapnya sebagai ujian, tentu bisa berpikir untuk melakukan sesuatu guna keluar dari persoalan yang tengah dihadapi, baik melalui ngobrol dengan teman dan sebagainya.

"Jadi seharusnya pemerintah segera mungkin buatlah crisis center dengan telepon atau dengan layanan yang lainnya sehingga masyarakat ada tempat untuk menyampaikan permasalahannya itu," pinta Prof Suryani.

Baginya, pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada perekonomian masyarakat yang berimbas pada isi perut, tetapi juga menyebabkan krisis mental.

Terlebih selama ini mereka yang mengalami gangguan terhadap mentalnya, saat mencari bantuan, justru mendapatkan masalah lain, seperti diperkosa dan sebagainya.

Berkaca dari permasalahan itu pula, Prof Suryani mendorong pemerintah membuat crisis center for mental health serta bekerjasama dengan kepala desa.

Apabila sudah mengetahui ada masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan mental, dirinya juga menyarankan pemerintah mendatangi masyarakat bersangkutan.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved