Sekaa Truna di Tabanan Ikuti Latihan Menganyam, Belajar Membuat Anyaman Kekayaan Tradisi Agraris

Sekaa Truna di Tabanan Ikuti Latihan Menganyam, Belajar Membuat Anyaman Kekayaan Tradisi Agraris, Terapkan Prokes, Setiap Hari Peserta 45 Orang

Tribun Bali/I Made Prasetia Aryawan
Foto : Suasana saat sekaa truna mengikuti pelatihan mengayam kekayaan tradisi agraris di Musueum Subak Tabanan, Selasa (13/10/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Sebanyak 45 orang Sekaa Truna di Tabanan, Bali secara bergantian datang ke Museum Subak Tabanan untuk mengikuti pelatihan menganyam kekayaan tradisi agraris sejak tanggal 12-21 Oktober 2020.

Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memperingati Hari Museum Indonesia 12 Oktober dan Hari Jadi Museum Subak Tabanan 13 Oktober kemarin.

Tujuannya adalah untuk memberikan edukasi serta pelatihan bagi generasi muda agar bisa menganyam kekayaan tradisi agraris yang sudah dilakukan nenek moyang sejak dulu.

Menurut Kepala Museum Subak Tabanan, Ida Ayu Pawitrani, acaranya tersebut belajar bersama di Museum dengan tema seni menganyam kekayaan tradisi agraris ini dilaksanakan sejak 12-21 Oktober mendatang.

Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta 16 Oktober 2020: Pisces Terluka, Taurus Mengalami Perubahan, Scorpio Tulus

Baca juga: Polresta Denpasar Ungkap Kasus Narkoba, Ada Mantan Dosen hingga Paket Narkoba yang Disemen

Baca juga: 5 Aktor Drama Korea dengan Bayaran Termahal, Capai Miliaran Rupiah Per Episode

Seluruh Kecamatan akan mendapat bagian untuk mengikuti kegiatan ini sebagai bentuk pelestarian seni anyaman tradisi agraris ini.

Dalam kegiatan ini juga melibatkan Majelis Desa Adat (MDA) Tabanan.

"Sebenarnya kami ingin sekali libatkan semua Sekaa Truna yang ada di Tabanan ini. Namun karena pandemi mengikuti penerapan protokol kesehatan (prokes) dengan pembatasan jumlah peserta. Peserta yang ikut adalah sebanyak 45 orang satu kecamatan yang dilaksnakan secara gantian setiap harinya," jelas Ayu Pawitrani, Kamis (15/10/2020).

Dia melanjutkan, selain sebagai pelestarian, tujuannya adalah untuk memberikan edukasi bagi generasi muda bahwa ada sebuah seni tradisi yang sudah dilaksanakan oleh petani terdahulu untuk mengisi kesibukan selama bertani di sawah.

Salah satunya adalah menganyam dengan bahan dasar kelapa.

Terlebih lagi, anyaman kelangsah dari pohon kelapa sekarang sudah bernilai ekonomis.

"Karena petani kita zaman dulu memang sudah menganyam dengan memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar sawahnya seperti pohon kelapa. Apalagi saat ini seni anyaman dari daun kelapa ini sudah bernilai ekonomis seperti untuk tas sebagai souvenir dan juga dekorasi upacara,"ucapnya.

Dayu Pawitrani melanjutkan, di Museum Subak juga memiliki koleksi topi kelangsah.

Sehingga pihaknya memberikan pelatihan teknis awal seni anyaman tersebut seperti topi klangsah, tas cantik, dan tikeh kelangsah yang bahannya dari daun kelapa.

Selanjutnya untuk pengembangannya bisa dilakukan sesuai seni dan kreativitas masing-masing Sekaa Truna.

"Jadi pelatihnya ini sudah termasuk profesional. Pelatihnya dari Tabanan dan sudah membuat kisa untuk souvenir sebagai tempat sayur,"

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved