Serba serbi
Sisi Religius Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Jembatani Doa Anak Rantau kepada Leluhur di Rumah
Siapa yang tak mengenal Pura Agung Jagatnatha di Denpasar? Pura ini menjadi tempat suci bagi seluruh umat Hindu di Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
“Apalagi memang banyak kaula muda sembahyang ke sini, jadi bawa canang sari saja tidak apa-apa,” tegasnya.
Terlihat di pinggir sekitar pura, banyak dagang canang sari berjualan. Umat yang akan sembahyang bisa membeli canang sari dan keperluan sembahyang lainnya di sekitar pura.
Daya tarik pura ini, bagi kawula muda karena lokasinya berdekatan dengan Lapangan Puputan.
Namun pamedek khususnya kawula muda, diharapkan menjaga etika dan sopan santun saat tangkil ke pura.
Sementara itu, karena mewabahnya pandemi Covid-19 di Bali, aktivitas di Pura Agung Jagatnatha pun dibatasi dari keramaian.
Terlihat penerapan protokol kesehatan juga dilakukan, satu di antaranya dengan tersedianya wastafel tempat cuci tangan lengkap dengan sabun.
Baca juga: Tanpa Pemberitahuan, Warga Banda Gianyar Resah Listrik Padam Berjam-jam
Baca juga: Satgas TMMD ke-109 Optimalkan Penyuluhan Cegah Alih Fungsi Lahan Pertanian di Banjar Biaung Denpasar
Baca juga: Petugas Kembali Temukan 6 Pelanggar di Denpasar yang Tidak Taat Prokes
“Sekarang dibatasi yang sembahyang di dalam pura, sesuai protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Jadi di pura maksimal di dalam itu hanya 50 orang, karena menjaga agar tidak ada klaster penularan baru,” tegasnya.
Protokol lainnya, adalah dengan menyediakan thermo gun saat piodalan, atau rainan Hindu di Bali. Serta pembatasan fisik di dalam pura, sesuai jarak aman yang ditentukan.
Dalam waktu dekat, di Pura Agung Jagatnatha juga akan diselenggarakan pujawali. “Pujawali pas Tumpek Klurut akhir Oktober 2020 di Purnama kelima,” sebutnya.
Pujawali seperti piodalan setiap tahun sekali. Kegiatan pujawali kali ini dibatasi untuk mengantisipasi kerumunan orang.
Satu di antaranya penyineban (penutupan upacara) hanya sampai pukul 17.00 wita.
Baca juga: Dua Laka Lantas Terjadi di Wilayah Polresta Denpasar, Mobil Ringsek dan Rusak Parah
Baca juga: Viral! Warung Bakso Dibobol, Pencuri Sempat Masak Mie Ayam dan Mandi Lalu Bawa Kabur Pentol
Sementara sebelum Covid-19 melanda Bali, pujawali biasanya nyejer selama 3 hari. Hal ini guna memberikan kesempatan kepada masing-masing kecamatan di Denpasar untuk warganya tangkil ke pura.
“Tapi karena sekarang situasi pandemi Covid-19 personil dan prosesi upacara dipersingkat. Tapi banten upakara tetap lengkap,” terang Raka.
Hanya saja, tidak diisi dengan ilen-ilen di luar upakara seperti tabuh, tarian rejang, dan lain sebagainya. Hanya inti pokok dari pujawali itu saja.
Tempat duduk diatur sesuai garis yang ditentukan agar tidak ada kerumuman dan tetap jaga jarak.