Serba serbi
Sisi Religius Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Jembatani Doa Anak Rantau kepada Leluhur di Rumah
Siapa yang tak mengenal Pura Agung Jagatnatha di Denpasar? Pura ini menjadi tempat suci bagi seluruh umat Hindu di Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Siapa yang tak mengenal Pura Agung Jagatnatha di Denpasar?
Pura ini menjadi tempat suci bagi seluruh umat Hindu di Bali.
Khususnya bagi anak rantau yang tidak bisa sembahyang pulang, karena rumahnya jauh dari Kota Denpasar.
Pura Agung Jagatnata berdiri megah di titik nol Kota Denpasar, dengan didominasi bangunan berwarna putih.
Dalam sejarahnya, pura ini mulai dibangun 1 Januari 1965 dan diresmikan 13 Mei 1968.
Banyak anak muda Kota Denpasar yang sembahyang di pura ini, serta anak rantau yang tinggal di Denpasar.
Baca juga: Bali Berpotensi Terdampak Fase Awal La Nina, BMKG: Waspada Curah Hujan Tinggi & Angin Kencang
Baca juga: Disindir Baim Wong Tak Paham Uang Lewat Vlog di YouTube, Luna Maya: Sayakan Sendiri
Baca juga: Hasil Pemeriksaan Jenazah Wanita yang Ditemukan Tergeletak di Hotel Denpasar, Ini Kata Dokter
Pura ini menjadi jembatan bagi para perantau untuk menyampaikan doa-doanya kepada leluhur di rumah.
"Harapannya, walau secara fisik tak bisa pulang kampung. Namun doa-doanya mereka bisa sampai kepada leluhur di rumahnya, dengan sembahyang di Pura Agung Jagatnatha," kata Raka Purwantara, Kepala Bagian Kesra Setda Kota Denpasar, belum lama ini.
Seperti diketahui, Kota Denpasar berisi beragam warga dari seluruh Bali. Sebagai ibu kota, banyak menampung tenaga kerja. Banyak yang dari Karangasem, Negara, Bangli, hingga Singaraja.
Para perantau ini rutin sembahyang pada rainan seperti Purnama, Tilem, atau Kajeng Kliwon. Atau bahkan saat Hari Raya Galungan, Kuningan, Saraswati dan lainnya.
Baca juga: Seorang ABK Meninggal Dunia Saat Perjalanan ke Darat, Polisi Katakan Korban Alami Sakit Ini
Baca juga: Duduk Perkara Seorang Warga Desa di Karangasem Diberhentikan sebagai Krama Desa, Bermula karena Ini
Baca juga: Hasil Swab di RSUD Wangaya Ditargetkan Bisa Keluar dalam Waktu 3 Jam
Hal ini karena mereka harus jauh pulang kampung, atau di saat bersamaan pas hari raya tidak mendapatkan libur atau izin kerja.
“Memang umat Hindu dari seluruh Bali yang tinggal di Kota Denpasar, biasanya sembahyang ke pura ini. Rantauan di Denpasar, orang dari berbagai kabupaten tinggal di Denpasar.
Ada yang ikut menjadi warga desa adat, ada yang tidak,” jelasnya.
Dengan membawa canang sari dan pakaian adat madya bisa sembahyang ke Pura Agung Jagatnatha.
Jika memang ingin membawa peras pejati juga tidak masalah, karena tidak ada patokan khusus.
Baca juga: Bule Rusia Ini Tiba-tiba Putar Arah dan Tabrak Kadek Susanto di Ubud, Keduanya Alami Patah Tulang
Baca juga: Kronologi Kecelakaan Xenia vs Jazz di Bypass Ngurah Rai Kuta Selatan, Polisi Ungkap Penyebabnya Ini
Baca juga: Hasil Liga Italia, AC Milan Tekuk Inter dan Pimpin Klasemen Sementara