Serba serbi
Berikut Bentuk dan Fungsi Canang yang Belum Banyak Diketahui
Namun tak banyak yang paham dan tahu, apa makna dan fungsi hadirnya canang dalam kehidupan sehari-sehari warga Pulau Dewata.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Bunga berwarna putih disusun ke arah timur, sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Iswara.
Bunga berwarna merah disusunkan ke arah selatan, sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Mahadewa.
Bunga berwarna biru atau hijau, disusunkan pada arah utara, sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Wisnu. Lalu kembang rampai disusunkan tepat di tengahnya, sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Panca Dewata.
Dengan demikian, canang mengandung makna sebagai permohonan umat Hindu ke hadapan Sang Hyang Widhi (berwujud Ongkara).
Bahwa umatnya memohon kekuatan, dan untuk itu agar beliau bermanifestasi menjadi kekuatan Ista Dewata.
Kemudian ada beberapa bentuk dan fungsi canang di Bali. Antara lain, canang sari yang alasnya dari sebuah ceper atau tamas kecil.
Sampian Urasarinya membentuk asthadala sehingga terlihat berbentuk bundar.
Fungsinya sebagai simbol sarining yadnya. Sehingga setiap upakara disertakan dengan canang sari.
Disamping canang sari ageng, ada juga canang sari alit. Yaitu hanya mempergunakan empat penjuru pada simbol sampian Urasarinya.
Tetapi memiliki prinsip dan kualitas yang sama. Ada pula canang genten, yang prinsipnya sama dengan canang sari.
Hanya saja ditambahkan dengan jajan kekiping, pisang mas, dan bubur sesuruh merah serta putih.
Masing-masing bubur tersebut dibungkus janur digiling menyerupai sebatang rokok, serta diletakkan di bawah sampian Urasari.
Fungsi canang ini adalah sebagai sarana memohon anugerah keremajaan atau kayowanan.
Oleh karena itu, canang genten dipergunakan pada pelaksanaan upacara ngeraja sewala/ngeraja singa, upacara potong gigi, dan pernikahan.
Ada pula canang payasan atau canang pesucian, yang dialasi sebuah taledan kecil berbentuk segi empat panjang.