Bade Roboh Timpa Rumah Warga

Kronologi Bade Setinggi 20 Meter Roboh di Gianyar, Tumbang Perlahan Saat Sudah Dekat Kuburan

Upacara pitra yadnya atau plebon di Desa Adat Keliki Kangin Gianyar Bali mengalami musibah, bade roboh menimpa rumah warga

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Irma Budiarti
Dok Gianyar
Bade setinggi 20 meter di Desa Keliki Kangin, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, Bali, roboh, Minggu (25/10/2020). 

Sosok Almarhum Semasa Hidup

Sosok jenazah pada bade roboh di Gianyar, Bali, terkenal profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengacara.

Begini pengakuan pegawai Pengadilan Negeri Gianyar yang mengenal sosok jenazah pada bade roboh dalam upacara Pitra Yadnya di Desa Keliki Kangin, Gianyar, Bali.

Jenazah pada bade roboh dalam upacara Pitra Yadnya di Desa Keliki Kangin, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, Bali, Minggu (25/10/2020), merupakan tokoh masyarakat.

Baca juga: Jenazah yang Akan Diupacarai Dalam Peristiwa Bade Tumbang, Almarhum Dikenal Pengacara Profesional

Baca juga: BREAKING NEWS: Bade Setinggi 20 Meter di Desa Adat Keliki Kangin Gianyar Roboh Timpa Rumah Warga

Ia, Ngakan Padma, selain pernah menjabat sebagai Perbekel Keliki dua periode, ia juga merupakan advokat atau pengacara terpandang.

Humas Pengadilan Negeri Gianyar, Wawan Edi Prastiyo, yang juga pengacara di PN Gianyar, Minggu (25/10/2020), mengatakan, ia sudah mengenal almarhum cukup lama.

"Almarhum Pak Ngakan Padma itu setahu saya pengacara senior di Gianyar. Sebagai pengacara senior, ia punya nama di Gianyar. Namun, sekitar tahun-tahun terakhir ia sudah tidak aktif lagi beracara di Pengadilan Negeri Gianyar, mungkin karena faktor usia lebih memilih banyak aktivitas bersama keluarga dan adat," ujar Wawan.

Wawan juga menilai mendiang merupakan pengacara profesional.

"Almarhum sebagai advokat sangat profesional, di dalam beracara sangat fokus pada persoalan dan menjunjung tinggi etika profesi. Kalah sekali pun perkaranya, tetap menjaga profesionalisme. Semoga beliau amor ring acintya," tandasnya.

Permintaan Khusus dari Keluarga

Panitia Plebon Desa Adat Keliki Kangin, Tegalalang, Ngakan Pramono menilai robohnya bade tersebut terjadi karena berbagai hal.

Satu di antaranya, pihaknya selaku pihak panitia sekaligus keluarga almarhum, meminta supaya undagi membuat bade seringan mungkin.

Diduga karena material ringan ini, sehingga material tidak kuat menahan tekanan angin.

"Undaginya sudah berpengalaman, dan baru kali ini terjadi hal seperti ini. Mungkin karena permintaan kami agar dibuatkan bade seringan mungkin, sehingga tak kuat lalu roboh," tandasnya.

Permintaan bade yang ringan ini, kata dia, tak terlepas dalam memenuhi protokol kesehatan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved