Demo AWK
AWK Merasa Teraniaya Karena Ada yang Memukul Kepalanya
Ucapan AWK ini dinilai menyinggung perasaan umat Hindu di Bali, khususnya masyarakat Nusa Penida.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Eviera Paramita Sandi
Proses pelaporan ke Polda Bali ini didampingi oleh Anak Agung Ngurah Agung dari Puri Gerenceng, Denpasar.
Pelaporan yang dilakukan yakni berupa penghinaan dan penganiayaan.
"Kita biarkan proses hukum nanti yang akan menjalani. Dan saya siap sebagai warga negara," tuturnya.

Ruang Dialog
AWK menuturkan, saat dirinya sedang melakukan pertemuan dengan Ketut Ismaya di Istana Mancawarna, Tampaksiring, Gianyar, Selasa (27/10/2020), massa aksi sudah datang ke Kantor DPD Bali.
"Mereka ini datang ke kantor dan langsung nyelonong, tidak bawa surat, teriak-teriak,” katanya.
Atas aksi tersebut, dirinya mengaku beritikad baik untuk menemuinya kemarin pada pukul 12.00 Wita.
"Kita sudah siapkan ruang rapat. Kita tunggu kurang lebih 20 menit tidak ada yang mau ke atas untuk rapat. Karena aspirasi saya sebagai DPD harus mediasi dan dialog," tuturnya.
Setelah itu, AWK mengaku melihat bahwa massa aksi semakin keterlaluan dengan melakukan penghinaan secara pribadi dan sebagainya.
Ia lalu mengaku berinisiatif untuk menemui massa aksi. Namun mereka tetap tidak mau masuk ke Kantor DPD Bali.
Padahal, kata dia, pintu gerbang sudah dibuka.
"Bahkan saya sudah bilang sama pak polisi, buka saja pintu gerbang. Aman," tuturnya. Namun pada saat dirinya menemui massa, AWK merasa mendapatkan penganiayaan hingga lecet di tangan dan memar pada bagian muka.
Bagi AWK, dirinya kini masih sebagai anggota DPD RI Perwakilan Bali aktif yang dilindungi oleh Undang-Undang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3).
"Sebagai DPD, saya telah membuka ruang dialog. Tapi sayang sekali yang dilakukan di tanah negara, justru seorang anggota DPD dianiaya oleh mereka yang mengaku mewakili rakyat Bali," tegasnya.
Terpancing
Sementara itu, Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta, menyatakan pihaknya berlaku anarkis karena terpancing dengan sikap AWK yang datang dengan mengepalkan tangan.