Travel

Pancoran Solas Taman Mumbul, Wisata Religi Dengan 3 Konsep Penglukatan

I Gusti Agung Made Adi Wijaya, Ketua Pengelola Penglukatan Pancoran Solas Taman Mumbul Sangeh,jelaskan destinasi wisata ini telah ada sejak 2016

Penulis: Anak Agung Seri Kusniarti | Editor: Alfonsius Alfianus Nggubhu
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Pamedek melukat di Pancoran Solas Taman Mumbul Sangeh Badung 

Sementara untuk fasilitas di lokasi juga sangat lengkap, seperti kamar ganti hingga toilet dan loker.

Untuk sewa loker biayanya Rp 10 ribu per loker. Sedangkan kamar mandi gratis.

Gung Adi mengatakan, selain masyarakat lokal Bali banyak pula warga luar Bali dan asing yang datang melukat.

Sehingga dengan hadirnya destinasi melukat ini, memberikan pemasukan baru bagi desa dan lapangan kerja bagi warga di sana.

Baca juga: Tidak Tahan di Jakarta, Hotman Paris Liburan di Kuta, Bali Itu Hilang Pesonanya Kalau Tidak Ada Bule

Baca juga: Organisasi Guru Apresiasi Janji SK Cabup di Sumbawa

Baca juga: Alasan Tiap Zodiak Tak Kunjung Temukan Jodoh, Aries Suka Bertualang dan Tak Pernah Berhenti Mencari

Baca juga: Ramalan Zodiak Karier Besok 30 Oktober 2020, Taurus Turunkan Ambisi, Leo Bayar Utang

Walau karena pandemi Covid-19 ini, kunjungan menurun drastis namun ia optimistis semua akan segera kembali normal.

“Protokol kesehatan pun tetap kami jalankan di sini,” tegasnya. Penurunan kunjungan, sebut dia, karena ketika Galungan dan Kuningan tempat melukat ini tutup.

Sedangkan pada hari raya tersebut, termasuk Purnama, Kajeng Kliwon dan Tilem, biasanya pamedek membludak dan banyak.

Alasan lainnya, selain melukat adalah wisata kuliner. Sebab sebelum pandemi, trotoar di depan pintu masuk dipenuhi jejeran pedagang dan wisata kuliner khas Bali khususnya Sangeh. Seperti sate, nasi, jajanan, dan lain sebagainya.

Pemasukan dari destinasi melukat masuk ke Desa Sangeh, per bulannya dipotong biaya operasional dan gaji karyawan serta punia pemangku.

“Setiap bulan kami bikin laporan, diaudit panureksa dan tanda tangan bendesa, lalu disangkepkan di banjar,” sebutnya. “Yang menjaga di sini (tempat melukat), ada 10 karyawan dari 5 banjar di Sangeh. Masing-masing banjar dua orang, jadi totalnya 11 termasuk saya. Mereka bekerja shift 8 untuk pagi dan 2 untuk malam,” ujarnya. Ia berharap pandemi segera berakhir dan pamedek kembali datang. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved