Pasar Bona dengan Style Bali Mulai Rampung, Pihak Desa Akan Studi Banding untuk Pengelolaan

Pasar Desa Adat Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali yang ludes terbakar beberapa tahun lalu, akhirnya revitalisasi telah memasuki tahap finishing

Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Pasar Adat Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali dibangunan dengan arsitektur Bali, Minggu (1/11/2020) 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Pasar Desa Adat Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali yang ludes terbakar beberapa tahun lalu, akhirnya revitalisasi telah memasuki tahap finishing, Minggu (1/11/2020).

Para pedagang pun sudah tak sabar menempati pasar ini.

Sebab selain pasar saat ini lebih luar dan tertata, arsitekturnya yang memakai style Bali, membuat pasar ini terkesan megah.

Tak mau menyia-nyiakan kemegahan bangunan yang diberikan Pemkab Gianyar, pihak desa adat akan menerapkan sistem manajemen profesional dalam mengelola pasar adat tersebut.

Pantauan Tribun Bali, pasar baru yang terletak di sisi timur Jalan Raya Bona, tepatnya di depan kantor Perbekel Bona, situasinya masih sepi.

Baca juga: Baru Nikahi Gadis 17 Tahun, Abah Sarna Tiba-tiba Layangkan Surat Talak ke KUA, Keluarga Noni Kaget

Baca juga: Tanpa Neymar, PSG Nyaman di Puncak Klasemen Usai Lesatkan Tiga Gol ke Gawang Nantes

Baca juga: Awas, Ini 8 Tanda Anda Ada dalam Pertemanan Toxic, Bikin Mental Terkuras

Belum ada satupun pedagang nampak di sana meskipun secara fisik bangunan maupun tempat parkir sudah rampung dibangun.

Para pedagang saat ini masih setia di wantilan yang ada di timur pasar utama sebagai tempat berjualan sementara.

Jro Bendesa Adat Bona, I Gusti Nyoman Yasa mengatakan, saat ini proyek revitalisasi pasar sudah mendekati finishing, hanya tinggal melakukan pembersihan, pemasangan pintu dan sebagainya.

Total anggaran yang digunakan sekitar Rp 2,4 miliar. Kata dia, pedagang akan pindah ke pasar baru ini pada Januari 2021.

"Astungkara, kalau tidak ada halangan, Januari pedagang sudah pindah," ujarnya.

Kata dia, kondisi pasar saat ini sangat memuaskan.

Baca juga: Berencana Bulan Madu ke Antartika, Nikita Willy & Indra Priawan Akan Satu Kapal Bareng Karyawan NASA

Baca juga: Disdukcapil Denpasar Gelar Jemput Bola Pelangi hingga Desember 2020, Sediakan 4.550 Blangko e-KTP

Baca juga: Tips Membuat Masakan Jadi Cantik dan Sehat ala Novotel Tangerang, Cukup Tambahkan dengan Bahan Ini

Kepuasan ini bukan hanya dirasakan pedagang tetapi juga masyarakat.

Sebab bangunan tersebut megah, dan menjadi salah satu ikon di Desa Bona.

Dia mengungkapkan, sebelum pasar terbakar, pasar tersebut dibuat secara swadaya, karena itu bangunannya biasa-biasa saja, bahkan terkesan kumuh.

Tak hanya itu, bangunannya pun sempit, sehingga para pedagang sampai berdesakan.

Namun saat ini sudah terjadi perluasan, penambahan kios, dan saat ini terdapat lahan parkir yang lapang.

Melihat perubahan signifikan ini, kata dia, pihaknya akan mengelola pasar tersebut secara profesional.

Baca juga: Hasil Lengkap dan Klasemen Bundesliga - Borussia Dortmund Hantam Arminia 2-0, Muenchen Ada di Puncak

Baca juga: Tunggu Bertahun-tahun, Le Min Ho Buka Saluran Youtube dan Unggah Perjalanan Karier yang Menyentuh

Karena itu, sebelum pasar beroperasi, pihaknya akan studi ke pasar-pasar yang sudah maju.

Adapun hal penting yang harus dipelajari, kata dia, mulai dari pengaturan pedagang, jam buka, sistem kontrak dan sebagainya.

"Nanti kami akan studi ke pasar-pasar yang sudah maju. Dulu saat pasar lama, hanya dijalankan begitu saja. Pedagang berdesakan, pokoknya seadanya saja," tandasnya.

Terkait pedagang yang akan diberikan tempat di pasar baru ini, Gusti Yasa akan mengutamakan pedagang sebelumnya yang berjumlah sekitar 50 orang.

Namun ia tak menampik terdapat banyak pedagang luar desa yang tertarik berjualan di pasar ini.

Namun saat ini ia belum bisa memutuskan apakah akan menerima pedagang dari luar desa atau tidak.

"Di masa pandemi, banyak masyarakat menjadi pedagang. Bahkan pedagang dadakan dari luar desa banyak yang mau ngontrak di sini. Tapi kami belum bisa pastikan."

"Dalam studi nanti, kami juga akan pelajari penerimaan pedagag dadakan ini. Namun yang pasti, pedagang yang sudah pasti diterima di pasar baru ini adalah pedagang yang sudah berjualan saat pasar ini ludes terbakar," tandasnya.

Pihaknya menegaskan, pengelolaan pasar ini nantinya tidak berorientasi bisnis adat atau desa adat tidak melihat pasar ini sebagai ladang penghasilan.

Namun keberadaan pasar ini, kata dia, hanya sebagai tempat perputaran ekonomi.

"Dari dulu, kami tidak menjadikan pasar sebagai ladang bisnis. Namun hanya bertujuan supaya roda ekonomi di Bona bisa berjalan. Bahkan dulu, terkadang per tahun pasar adat mepunia Rp 14 juta. Itu kami pakai untuk upacara tawur kesanga (sehari sebelum Nyepi," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Medium

Large

Larger

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved