Begitu Mendalam, Ida Pedanda Wayahan Bun Ungkap Nasihat Lengkapnya pada AWK
Begitu Mendalam, Ida Pedanda Wayahan Bun Ungkap Nasihat Lengkapnya pada AWK
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Aloisius H Manggol
“Bila dalam kehidupan ini, kepala (pikiran) menguasai diri kita. Sesungguhnya itulah tahapan pertama ketidakbenaran. Kemudian kebenaran itu akan muncul bila hati nurani yang menguasai diri kita,” tegas beliau.
Hati nurani tidak akan berbohong, sementara pikiran sering berubah, dan mulut sering berbohong.
Sebab hati nurani bagian paling murni dan halus dalam diri manusia.
Masalah niskala di Bali, kata beliau, harus mengikuti petuah para panglingsir Bali zaman dahulu.
“Ngalap kasor itu, seperti dalam Arjuna Wiwaha ketika pertemuan Dewa Indra dengan Arjuna. Disebutkan keduanya saling ngalap kasor, atau merendahkan ego dan tensi atau emosi, dengan tujuan mengambil hati orang,” jelas beliau.
Ngalap kasor, menjadi tuntunan agar tidak merasa diri paling super.
Semua manusia masih makan nasi dan minum air.
Namun manusia yang mampu menggunakan rem dengan tepat, dalam kehidupan akan lebih baik.
“Kalau rem sudah blong, apapun bisa dilabrak,” katanya pada AWK.
Ia mengingatkan, apabila AWK ingin menjadi pemimpin maka harus paham dan menguasai Bali sekala-niskala.
Bukan hanya mengenal masyarakat Bali saja, namun budaya, adat, serta alam sekala-niskala juga harus dipahami.
Beliau menjelaskan, sebelum agama Hindu secara mantap masuk di Pulau Dewata.
Penamaan-penamaan dewa di Bali, disesuaikan dengan nama lokal oleh warga setempat.
Ida pedanda menceritakan, pernah melakukan penelitian di Blanjong, Sanur.
Ada warga masyarakat memberi petunjuk, bahwa di dalam taru ada arca dengan nama Ratu Lantang Irung.