Pernah Jadi Obat Herbal Paling Dicari, Desa Saba Ingin Budidayakan Kembali Kunyit Bonbiu
Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali di masa dulu dikenal memiliki tanaman khusus yakni kunyit bonbiu.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali di masa dulu dikenal memiliki tanaman khusus yakni kunyit bonbiu.
Pada medio 1980 hingga 1990, tanaman yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan dan obat herbal ini paling dicari-cari.
Nama bonbiu ini mengambil nama Desa Adat Saba yang berada di wilayah administrasi Desa Dinas Saba.
Tanaman ini menggunakan nama lokal setempat karena dinilai memiliki ciri khas tersendiri dari kunyit di daerah lain. Yakni berwana benar-benar kuning.
Baca juga: Pernyataan Anji Seusai Sidang JRX, Sebut Setiap Orang Bisa Terjerat
Baca juga: Fraksi Golkar DPRD Bali Minta Anggaran Sektor Pertanian Dinaikkan Minimal 5 Persen dari APBD
Baca juga: Apa Langkah Jerinx Setelah Divonis 1 Tahun 2 Bulan? Begini Kata Gendo Penasihat Hukumnya
Namun saat ini, kunyit ini di ambang kepunahan. Sebagai upaya melestarikannya kembali, warga Desa Saba pun akan kembali membudidayakannya.
Perbekel Desa Saba, Ketut Redhana,Kamis (19/11/2020) mengatakan, pada tahun 1990an, hampir sebagian besar masyarakat setempat menanam kunyit bonbiu.
Tak hanya di sawah, warga juga menanam di pekarangan rumah.
“Kunyit bonbiu ini orang-orang biasanya bilang, warna kuningnya luar biasa dan aromanya juga. Inilah bedanya dengan kunyit di daerah lain. Biasanya itu dibuat loloh kunyit (jamu) dan kebasa (racikan bumbu). Waktu itu tahun 1980 sampai 1990 masih ada, setelah tahun itu sudah mulai punah. Karena kebanyakan beralih menanam tanaman lain,” ujarnya.
Baca juga: Kerabat Nora dan Jrx Menangis Seusai Mendengar Putusan Majelis Hakim
Baca juga: Mamah Dedeh Dirawat di Jakarta karena Positif Covid-19, Begini Cerita Pak RW di Pancoran Mas
Baca juga: Kepala KPwBI Provinsi Bali Buka Kegiatan GenBI Leadership Camp 2020
Menariknya, kata dia, ketika kunyit tersebut ditanam di desa lain, warna dan aromanya tidak akan sama seperti ditanam di wilayah desanya.
Belum diketahui penyebab pasti penyebab perubahan tersebut.
Pihaknya menduga hal ini dipengaruhi tanah dan kelembaban.
Namun jika dilihat secara kasat mata, kondisi tanah dan hawa di desa ini hampir sama dengan desa-desa lainnya di Kabupaten Gianyar.
"Sempat kunyitnya itu dulu dibawa dan ditanam di daerah lain, tapi warna dan aromanya sangat berbeda jauh. Pengaruh dari tanah dan hawanya ini,” ujarnya.
Baca juga: BREAKING NEWS - Usir Hama Tikus, Upacara Ngaben Bikul di Badung Bakar 250 Ekor Lebih
Baca juga: Sektor Pariwisata Diprediksi Paling Lama Pulih Setelah Pandemi Covid-19 Berakhir
Baca juga: Dituding Fasilitasi Acara Habib Rizieq yang Berkerumun, Ini Bantahan Wagub DKI Riza Patria
Melihat kekayaan alam desanya ini di ambang kepunahan, Redhana mengungkapkan pihaknya saat ini tengah merancang program untuk kembali membudidayakan kunyit bonbiu.