Serba serbi
Banten Saiban, Ini Pentingnya Kata Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti
Masyarakat Hindu Bali, tidak bisa lepas dari banten dan upakara dalam kesehariannya. Banten merupakan sarana suci, bagian dari yadnya yang dihaturkan
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Sebelum hasil masakan dimakan anggota keluarga, maka akan diambil dahulu sedikit untuk dijadikan banten.
Dalam wadah khusus, akan disiapkan sedikit nasi, sayur, lauk, garam, dan sambal.
Semuanya diambil sejumput, lalu diletakkan di atas daun pisang atau daun yang lainnya.
Daun ini telah dipotong kecil-kecil, berbentuk persegi dan setelah selesai ditaruh di wadah nampan.
Baca juga: 244 Hotel dan Restoran Segera Terima Stimulus Pariwisata Kota Denpasar Tahap I
Baca juga: Eka Saputra Ungkap Detik-detik Penangkapan Artis ST dan MA Terduga Kasus Prostitusi Online
Baca juga: Antisipasi Ancaman Sewaktu-waktu, Lanud I Gusti Ngurah Rai Gelar Latihan Pertahankan Pangkalan
Baru kemudian dihaturkan keliling. Sesuai aturannya, seseorang sebelum matanding banten haruslah mandi dengan bersih.
Kemudian tidak sedang dalam kondisi cuntaka (kotor) akibat haid atau karena ada sanak keluarga yang meninggal.
Setelah mandi bersih, seseorang yang akan mebanten harus menggunakan kain dan selendang dengan rambut diikat.
Sehingga apa yang dihaturkan juga bersih dan suci.
Kebiasaan ini telah terjadi turun temurun di Bali, dan menjadi keseharian warga Pulau Dewata.
Baca juga: Lama Tak Jumpa, Persedas dan Erzonia Gelar Pertandingan Eksebisi di Peliatan Ubud
Baca juga: Pemkot Denpasar Terima DIPA 2021 dan Dana Transfer Daerah dari Pusat Senilai Rp 958 Miliar
Baca juga: Terkait Pembelajaran Tatap Muka, Kadisdikpora Bali: Jangan Malah Menakut-nakuti Orangtua
Ida bhujangga menjelaskan, jika tidak menghaturkan saiban maka tentu saja ada sanksi.
Namun bukanlah tentang sanksi material, lebih kepada sanksi moral yaitu kurangnya rasa sosial terhadap ciptaan Tuhan.
Hal ini berdampak kepada timbulnya rasa ego pada diri manusia.
“Di samping itu ada sanksi psikologis terhadap diri sendiri, yaitu kita merasa ada sesuatu yang kurang dalam diri sendiri,” tegasnya.
Mengenai aturannnya, beliau menjelaskan bahwa saiban sebaiknya dihaturkan pada pagi hari setelah selesai memasak.
“Nah bagi yang sama sekali tidak punya waktu, atau sibuk bekerja dan lain sebagainya. Maka saat makan, ia harus menyisihkan sedikit makanannya di pinggir piring atau tempat untuk dihaturkan sebelum makan,” jelas beliau.