Munas X MUI, Ini Syarat Sosok Calon Ketua Umum MUI yang Diharapkan Umat Islam di Bali
Majelis Ulama Indonesia menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-X, Rabu (25/11/2020).
Penulis: Ragil Armando | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Majelis Ulama Indonesia menggelar Musyawarah Nasional (Munas) ke-X, Rabu (25/11/2020).
Munas MUI berlangsung hingga Jumat (27/11/2020) mendatang.
Salah satu agenda strategis dalam Munas ini adalah pergantian Ketua Umum dan kepengurusan baru masa bakti 2020-2025.
Mengenai hal tersebut, diskusi bertajuk "Kepemimpinan MUI di Mata Milenial Guna Menjaga Marwah Islam dan Kebhinekaan" digelar secara online ini dilaksanakan pada Rabu (25/11/2020) pukul 15.00 WITA melalui Zoom Meeting.
Baca juga: BREAKING NEWS : Menteri Perdagangan ke Pasar Badung, Penjual Bumbu Grogi Ditanya Harga Bawang
Baca juga: Disdikpora Jembrana Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka di SDN 1 BB Agung
Baca juga: INFO Libur Akhir Tahun 2020, Wisatawan Domestik ke Bali Diprediksi 10.000 Lebih per Hari
Dalam diskusi yang digelar Yayasan Amin Balo tersebut menghadirkan beberapa narasumber yakni, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali KH.Taufik Asy'adi, Ketua GP Ansor Bali H.Yunus Nusi, dan Ketua Pemuda Muhammadiyah Bali Muhammad Syobri.
Pada diskusi tersebut, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali, KH.Taufik Asy'adi menyebutkan dalam estafet kepemimpinan diperlukan di tubuh MUI Pusat.
Bahkan, ia mengaku bahwa regenerasi sangat diperlukan.
"Seorang ketua MUI harus Faqih, orang yang memiliki Ilmu agama Islam yang luas, sehingga mampu menjawab tantangan umat Islam di masa depan," ungkapnya lagi.
Selain memiliki keilmuan agama yang luas dan mendalam, sosok Ketua MUI Pusat juga harus memahami sosiologis Bangsa Indonesia yang beragam.
"Dibutuhkan Ketua MUI yang memahami sosok yang memahami keberagaman Bangsa Indonesia, selain itu seorang yang memiliki skill manajerial untuk mengelola organisasi," beber Mantan Ketua Muhammadiyah Bali ini.
Ia mengatakan, bahwa salah satu syarat yang utama bagi calon Ketua MUI Pusat adalah memiliki pengalaman di pesantren, memiliki pengamalam organisasi Islam dari rantung hingga Pengurus Besar cocok untuk memimpin MUI.
Sedangkan, Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Bali, Muhammad Syobri juga menyebut bahwa sosok Ketua MUI harus menjadi pemersatu umat dan juga mengayomi semua generasi.
"Oleh sebab itu, sosok Ketua MUI harus yang berpengetahuan luas, dan juga Ketua MUI selanjutnya harus lebih baik atau minimal sama kualitasnya dengan Ketua MUI sebelumnya," ungkapnya.
Sementara, Ketua GP Ansor Bali, H.Yunus menekankan, jika sosok Ketua MUI selain harus berilmu, harus juga memiliki sanad (sambungan) ilmu yang jelas.
"Apalagi di zaman milenial saat ini juga banyak orang belajar agama dari media sosial, Youtube, padahal dalam Islam sanad itu sangat penting," ungkap H.Yunus.
Dia menekankan sosok Ketua MUI yang jelas jalur keilmuannya akan menjamin kemampuan sosok tersebut ketika memimpin MUI.
"Siapapun yang terpilih, harus memiliki sanad keilmuan yang jelas," tandasnya.
Seperti diketahui, beberapa nama disebut-sebut bertarung dalam Munas MUI nanti, diantaranya KH. Miftachul Akhyar kini masih menjabat sebagai Rais Aam PBNU sejak 2018 lalu.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya itu menggantikan posisi Ma'ruf Amin sebagai Rais Aam PBNU usai dicalonkan sebagai kandidat Wakil Presiden pada 2018 lalu.
Sementara Nasaruddin Umar yang pernah menjadi Dirjen Bimas Islam hingga Wakil Menteri Agama itu kini masih menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal.
Tak hanya dari kalangan NU, tokoh-tokoh ulama yang berlatar belakang Muhammadiyah seperti Wakil Ketua Umum MUI, Muhyiddin Junaidi dan Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas juga meramaikan bursa Ketua MUI.
Keduanya masih aktif sebagai pengurus pusat MUI dengan jabatannya masing-masing sampai saat ini. (*)