Metode Pembelajaran Merdeka Belajar di Masa Pandemi, Wawa Sebut Bisa Tingkatkan Prestasi Siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan salah satu guru SMPN 1 Denpasar yakni Putu Eka Juliana Jaya, S.E., M.Si, proses belajar daring ternyata

Penulis: Firizqi Irwan | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Firizqi Irwan
Tangkap layar Putu Eka Juliana Jaya saat melaksanakan kegiatan seminar online via Google Meet pada Jumat (27/11/2020). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, Ahmad Firizqi Irwan

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa selama pandemi Covid-19, proses belajar dengan metode daring atau secara online pun dilakukan pihak sekolah dari guru ke para siswa.

Namun apakah proses ini mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan saat belajar tatap muka sebelum masa pandemi?

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan salah satu guru SMPN 1 Denpasar yakni Putu Eka Juliana Jaya, S.E., M.Si, proses belajar daring ternyata mampu memberikan peningkatan belajar siswa.

Baca juga: Cek Penerima BLT UMKM, Login eform.bri.co.id/bpum, Masukkan Nomor KTP dan Kode Verifikasi

Baca juga: Media Kroasia Menyebut Klub Papan Atas Kroasia Akan Umumkan Transfer Pemain Indonesia Ini Secepatnya

Baca juga: Beraksi di 20 TKP, Kawanan Maling Spesialis Baterai Tower dan Modul di Denpasar Diringkus Polisi

Selama 4 bulan lebih penelitian yang dilakukan Putu Eka Juliana Jaya dari pertengahan bulan Juli 2020 di Minggu ke 3 hingga Minggu ke 4 di bulan November 2020.

Guru IPS di SMPN 1 Denpasar yang kerap disapa Wawa Arjaya ini memaparkan, penelitian yang ia buat bertema 'Upaya Peningkatan dan Partisipasi Siswa Melalui Desain Pembelajaran Merdeka Belajar IPS di Kelas VIII E SMPN 1 Denpasar Tahun Ajaran 2020/2021'.

Ternyata selama proses belajar dengan metode daring, mampu memberikan tingkat prestasi belajar siswa di masa pandemi ini.

Baca juga: Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan: Premanisme Tak Ada Kompromi

Baca juga: Ramalan Zodiak Keuangan Besok 28 November 2020: Aquarius Harus Berhemat, Gemini Banyak Uang

Baca juga: Dongkrak Pendapat Desa, BUMDes Kedewatan Buat Usaha Sewa Perahu

"Hasil penelitian yang dilakukan untuk merespon program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Saya membuat desain pembelajaran 'Merdeka Belajar' yang ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa," ujarnya kepada Tribun Bali, seusai seminar tunggal laporan penelitian tindakan kelas secara online, Jumat (27/11/2020) siang.

Putu Eka Juliana Jaya atau Wawa Arjaya juga menjelaskan proses penelitian tindakan kelas dititikberatkan pada prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui desain pembelajaran merdeka belajar.

Desain pembelajaran merdeka dimaksudkan untuk membuat para siswa tidak takut dan terbebas dari rasa cemas sehingga proses belajar terasa lebih menyenangkan.

Baca juga: Dwi Sasono Menangis Akhirnya Keluar dari RSKO Setelah 5 Bulan Rehabilitasi

Baca juga: Peresmian Gudang Sistem Resi di PT. Perikanan Nusantara, Mendag Katakan Kegiatan Ekspor Meningkat

Baca juga: Cerita Karier Diego Maradona di Barcelona, Sempat Pakai Narkoba dan Maniak Pesta

Strategi ini menurutnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meraih prestasi belajar dan meningkatkan partisipasi belajarnya.

Selama proses penelitian, Wawa telah melakukan penelitian ke siswa kelas VIII E di SMPN 1 Denpasar dengan jumlah siswa 43 orang.

Wawa Arjaya yang juga kandidat doktor pada Pendidikan Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Udayana inipun mengungkapkan dengan metode merdeka belajar tersebut ditujukan untuk mampu menciptakan suasana belajar yang bahagia.

"Tujuan dari metode merdeka belajar ini adalah agar para guru, murid serta orang tua bisa mendapat suasana yang bahagia. Merdeka belajar itu, proses pendidikannya harus menciptakan suasana-suasana yang membahagiakan baik guru, murid dan orangtua serta semua orang," terang Wawa.

Dalam hal lainnya, Putu Eka Juliana Jaya menerangkan program merdeka belajar pada dasarnya dibuat karena ada banyak keluhan di sistem pendidikan sebelumnya salah satu keluhannya terkait banyaknya para siswa yang dipatok oleh nilai-nilai tertentu.

"Merdeka belajar ini sebenarnya untuk kemerdekaan berpikir, terutama esensi kemerdekaan berpikir. Ini harus ada di guru dahulu. Tanpa terjadi di guru, tidak mungkin bisa terjadi ke para siswa atau peserta didik di sekolah," kata Wawa

"Kemerdekaan belajar juga harus melekat pada subjek yang melakukan proses belajar baik anak ataupun orang tua termasuk melibatkan dan dukungan banyak pihak," lanjutnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Putu Eka Juliana Jaya, ia berhasil mengumpulkan data dengan tiga teknik.

Pertama, angket melalui Google form yaitu untuk memperoleh data secara cepat dari responden dalam waktu singkat.

Kedua, observasi yang bertujuan untuk cross check data yang dikumpulkan dari angket, tentang sikap dan perilaku guru selama kegiatan PJJ sehingga diharapkan mendapatkan data yang akurat.

Ketiga wawancara, hal ini dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui angket dan observasi itu dilakukan untuk memperoleh data yang valid.

Analisis yang dilakukan dengan penelitian tindakan di kelas di mana pelaksanaannya dibagi dalam beberapa siklus, di mana setiap siklus terdiri dari empat langkah yaitu masing-masing perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Pada setiap tahap ini diterapkan dengan tindakan penelitian dengan menggunakan desain pembelajaran merdeka belajar.

Tahap berikutnya, penelitian dilakukan dengan berdasarkan refleksi di mana pelaksanaannya bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, dilanjutkan dengan tindakan dengan cara pendekatan yang bervariasi.

"Setiap ada perubahan yang ditawarkan kita mau melakukannya. Jadi merdeka belajar adalah melihat murid dari keunggulannya, keunikannya itu dihargai, menghargai perbedaan-perbedaan yang ada, begitu," terang Putu Eka Juliana Jaya.

Selain itu, ia menambahkan dalam proses ini tentu harus terus dilakukan penelitian atau survei lagi, yang kemudian memberikan perubahan pola mengajar dengan pendekatan yang berpusat pada murid.

"Nah setelah dilakukan penindakan ini, bagaimana peningkatannya. Mungkin siklus pertama dia naik dikit, kemudian digenjot lagi ke pola-pola lainnya. Kemudian target kita ya harus ada peningkatan dari model belajar tersebut. Itu class action kalau penelitian kami",

"Jadi saya pikir bahwa setiap guru itu pasti menemukan permasalahan, tapi bisa meningkatkan prestasi pembelajaran pada murid dengan cara memperbaiki permasalahan yang ada," tambahnya. 

Berbeda dengan belajar tatap muka pada tahun sebelumnya, proses daring diatur waktunya (fleksibel) dan tempat di mana para murid bisa belajar dengan rasa senang.

"Jadi pembelajaran yang diberlakukan oleh pak menteri ini kan, kita tidak perlu menuntaskan kurikulum. Terus pelajarannya kan fleksibel belajar dan penyederhanaan kurikulum belajarnya. Jadi saya, ingin menciptakan lebih dari kreativitas saya supaya anak-anak ini bisa tercapai tujuan belajarnya," terangnya.

Ia pun berharap kedepan para siswa bisa meningkat prestasi belajarnya karena merasa senang dan kepercayaan pada masing-masing diri siswa bisa tumbuh dengan baik.

Sehingga diharapkan, para siswa bisa mengapai cita-citanya yang lebih baik di masa yang akan datang.

"Jadi yang relevan, memberikan peningkatan prestasi tetapi harus relevan dengan revolusi industri 4.0 yang diikuti oleh industri. Jadi anak-anak itu, tidak usah masalah-masalah nilai itu agak kurang menurut saya. Nilai itu cerminan atau kemampuan dia, nah masalah pemberian penilaian guru-guru juga tidak boleh berdasarkan apa yang tersirat saja. Harus mendalami lagi," tutup Putu Eka Juliana Jaya dihubungi Tribun Bali.  (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved