Pura di Bali
Tempat Mohon Keturunan hingga Kesembuhan, Pura Melanting Jambe Pole Didatangi Warga hingga Pejabat
“Banyak juga orang memohon penyembuhan, keturunan, bahkan jodoh ke pura langsung,” jelas Ajik Atu kepada Tribun Bali, Selasa (1/12/2020).
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Selain terkenal sebagai tempat wisata angker, di tengah Taman Festival Bali juga ada beberapa pelinggih dan bahkan pura.
Satu diantaranya, adalah Pura Melanting Jambe Pole, di Sekitar Pantai Padang Galak, Kesiman, Denpasar Timur, Kota Denpasar.
Pura yang dekat dengan penangkaran buaya ini, dipercaya memiliki aura kuat dan tak kalah mistis. Bahkan banyak orang datang memohon, ke kawasan suci ini.
Mulai dari meminta anak, karir yang bagus, kesembuhan, dan lain sebagainya.
Baca juga: Bawaslu Sebut Bali Minim Pelanggaran Pilkada, Dibandingkan Pemilu 2019 dan Pilkada Sebelumnya
Baca juga: Triwulan III-2020, Ekonomi Bali Tercatat Tumbuh Sebesar 1,66 Persen Dibanding Triwulan Sebelumnya
Baca juga: Pemilih Akan Dicek Suhu Tubuh hingga Ada Bilik Khusus Bagi OTG, Ini Kata Kabag Ops Polresta Denpasar
“Banyak juga orang memohon penyembuhan, keturunan, bahkan jodoh ke pura langsung,” jelas Ajik Atu kepada Tribun Bali, Selasa (1/12/2020).
Pria yang bertugas sebagai penjaga sekala-niskala ini, melanjutkan terkadang ia menjadi penuntun orang jika mau sembahyang ke pura. Sisanya ada pengayah lain yang silih berganti datang.
Walau demikian, ia mengatakan semuanya tergantung jodoh dari si pemohon untuk terkabul atau tidak.
Pria dengan nama asli Ida Bagus Sukayasa ini, kerap membantu pamedek yang hendak maturan ke pura di tengah Taman Festival Bali tersebut.
“Nanti saya bantu, karena tentunya jika permohonan khusus pasti ada syarat tertentu juga,” imbuhnya.
Intinya sarana semua berasal dari alam, semisal bunga, bungkak, atau beberapa tumbuhan lain.
Ia menyebutkan, pura ini berkaitan dengan Pura Dalem Kedewatan Sanur Kaja.
Dahulu pura ini berada di kawasan dekat gunung buatan, area Taman Festival Bali.
Kemudian dituntun ke Pura Dalem Kedewatan Sanur di Jalan Hang Tuah.
“Dengan berdirinya Taman Festival Bali pada 1997, maka pihak pengelola mendirikan Pura Dalem Segara, yang ada merunya di pinggir timur laut bersebelahan dengan Pura Segara Windu,” sebutnya.
Baca juga: Ribuan Pelaku UMKM dan Pedagang di Badung Diharapkan Bisa Pulihkan Ekonomi dengan Cara Taat Prokes
Baca juga: Bek Bali United Leonard Tupamahu Tiap Hari Latihan Fisik, Fun Game Satu hingga Dua Kali Seminggu
Baca juga: Liburan Akhir Tahun Dipangkas Tiga Hari
Kemudian dengan pembengkakan biaya operasional, akhirnya Taman Festival Bali dinyatakan bangkrut dan pada 1999 selesai beroperasi.
Terbengkalai hingga saat ini, dan menjadi lokasi wisata horor yang dikelola desa adat.
Ia menjelaskan, secara niskala Taman Festival Bali kurang mendapat sambutan dari penunggu alam di sana.
Apalagi dengan adanya pemindahan 111 mayat korban kecelakaan pesawat terbang, di Gerokgak Buleleng pada 1974.
Sehingga auranya terasa berbeda.
Kemudian adanya kerajaan gaib yang mewah dan kuat, membuat lokasi ini kian angker.
Hal itu juga ditambah adanya pura sebagai areal suci.
Ia menyebutkan, bhatara yang melinggih di pura adalah Ida Bhatara Ratu Niang Lingsir Sapuh Jagat.
Kemudian Ida Bhatari Mas Melanting, Ida Ratu Mas Manik Kembar.
“Semeton bisa bawa banten pejati, dan bisa melukat juga di pura,” imbuhnya.
Hal ini diakui Mbah Huda, dari Padepokan Tirta Kahuripan.
Pria bernama lengkap Huda Nuryanto ini, telah lama datang ke sana. Ia sedih melihat kondisi Taman Festival Bali.
“Saya dulu ke sini, mau kencing toilet tidak ada ketutup semak belukar saya sedih,” katanya.
Keesokan harinya, Mbah Huda berinisiatif membersihkan semak belukar itu.
Saat Tribun Bali mendatangi Taman Festival pun, Mbah Huda terlihat sedang bersih-bersih dan membakar kayu daun kering di areal depan dekat pintu masuk.
“Saya ngayah sukarela di sini, walau saya beda agama tapi saya rasa semua satu di mata Tuhan,” tegasnya.
Setelah bersih-bersih ia pulang ke rumahnya di Ubung.
Ia juga menyinggung pemindahan kuburan 111 mayat korban kecelakaan, dilakukan dengan sembarang. Sehingga membuat lokasi ini kian angker.
Namun dengan adanya pura, sebagai tempat suci di tengah-tengah taman membuat aura negatif mampu ditanggulangi dengan aura positif.
“Saya juga kalau ada orang bermasalah, khususnya teman yang beragama Hindu, pasti saya suruh muspa ke pura ini,” katanya.
Bahkan pernah dahulu, ada temannya yang ingin menangkap penjahat, diminta membawa pejati ke Pura Melanting Jambe Pole, dan akhirnya bisa.
“Unik di sini memang, banyak pejabat juga datang,” imbuhnya.
Ia berharap ke depan, lokasi ini akan makin banyak didatangi umat. (*)