Serba Serbi

Begini Penjelasan Tentang Reinkarnasi Dalam Agama Hindu

Masyarakat Bali, khsusunya yang beragama Hindu percaya dengan adanya punarbawa atau lahir kembali

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Irma Budiarti
IG: westnydj
Suasana upacara otonan anak di Bali. 

"Dengan rasa setia kepada adik-adiknya sang catur Pandawa.

Membuat sang Yudistira ikut masuk ke dalam api neraka. 

Setelah masuknya ke dalam api neraka bersama adik-adiknya, berubah lah neraka menjadi surga dan surga yang ditempati oleh sang satus Korawa berubah menjadi neraka," katanya. 

Berdasarkan kebenaran dari pada Wiracarita Atme Presangsa dan Swarga Rawana Parwa itulah, dapat disimpulkan bahwa sebagai umat Hindu meyakini adanya punarbawa dan moksa.

Dimana itu tergantung pada karma manusia dengan kualitas spirit roh atau Brahman di dalamnya.

Baca juga: Kebenaran Reinkarnasi, Kenapa Orang yang Telah Meninggal Bisa Lahir Kembali dalam 2 Wujud?

Baca juga: Mitos Mistis Ini Sebut Kucing Hitam Dapat Bebaskan Jiwa Yang Bereinkarnasi

Selanjutnya, ketika berbicara punarbawa (kelahiran kembali) dengan pemahaman teologi yang bersifat lokal (dari perspektif Antropologi Budaya), di Bali meyakini bahwa leluhur Itu sudah menyatu dengan Brahman.

"Sebagai contoh, ada sebuah tradisi ritual setelah upacara Atma Wedana ada tradisi ritual mendak leluhur di Pura Dalem di wilayah masing-masing," jelasnya. 

Roh leluhur Itu, diidentitaskan dengan purusha-pradana atau feminim-maskulin.

"Dan setelah dipendak di Pura Dalem, kita akan stanakan di merajan kemulan (rong telu), dengan penempatan yang purusha di rong sisi selatan dan yang pradana di rong sisi utara.

"Dengan tradisi ritual itulah, kita di Bali meyakini bahwa leluhur menyatu dengan Brahman atau Acintya," tegasnya.

Tradisi meluasan (nunas baos) itu merupakan salah satu budaya yang diperkuat oleh keyakinan masyarakat Bali dan berdasarkan kebenaran lontar Samskara.

"Ketika memiliki anak yang baru lahir berusia 12 hari, dan pada umumnya ketika pusarnya sudah lepas, hingga anak tersebut diyakini bahwa dijiwai oleh leluhur atau nenek moyangnya yang tidak beridentitas," jelasnya. 

Dari kebenaran itu, bisa diterima atas dasar logika, karena pada intinya manusia Itu adalah makhluk sosial yang berbudaya.

Tradisi ritual yang dilakukan umat Hindu di Bali, merupakan kebenaran atas dasar kesepakatan yang sangat diyakini secara turun-temurun sampai sekarang.

"Dengan kebenaran dari tiga kerangka Agama Hindu (Tattwa, Susila, Upacara) yang berlandaskan Panca Sradha," ucapnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved