Masa Pandemi, Sukrata Olah Limbah Jadi Pupuk dan Pakan
Bagi I Made Sukrata, warga asal Banjar Bila, Desa Klumpu, Nusa Penida, pandemi Covid-19 bukanlah akhir dari semuanya.
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Pandemi Covid-19, membuat industri pariwisata di Nusa Penida, Klungkung, Bali, terpuruk.
Para pelaku pariwisata pun dituntut harus kreatif untuk bertahan di tengah perekonomian yang lesu.
Bagi I Made Sukrata, warga asal Banjar Bila, Desa Klumpu, Nusa Penida, pandemi Covid-19 bukanlah akhir dari semuanya.
Ia tetap memiliki asa, meski penginapannya belum jalan karena kunjungan wisatawan belum normal.
Baca juga: Kadiv Humas Polri Ajak Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan Demi Pulihkan Ekonomi Pariwisata
Baca juga: Rizieq Shihab Resmi Ditahan, Kadiv Humas Polri Beberkan Dua Alasan Ini
Baca juga: Terlihat Muda di Usia 43 Tahun, Makanan Ini yang Sering Dikonsumsi Lulu Tobing
Dengan sedikit pengetahuannya, ia saat ini mengembangkan pertanian, perikanan yang dipadukan dengan pariwisata (3P).
Menariknya di tengah krisis air yang masih mendera Nusa Penida, Sukrata berhasil mengembangkan pertanian dengan menanam berbagai tanaman sayur-sayuran seperti tomat, kol, terung dan tanaman lainnya.
“Bertani di Bali berhasil itu wajar tetapi ketika bertani di Nusa Penida berhasil itu sesuatu hal yang luar biasa dengan kondisi panas dan kering," ungkap Sukrata belum lama ini.
Berbekal pengalaman sebagai pelaku pariwisata di Denpasar dan sedikit tentang pertanian, Sukrata mengaku sengaja mengkombinasikan pertanian, peternakan dengan pariwisata.
Menurutnya ketiganya memiliki keterkaitan dan bisa saling menunjang.
"Masalah yang dihadapi bertani di Nusa Penida adalah air, limbah air di penginapan sebenarnya busa diubah jadi air bersih dengan proses pemurnian," ungkapnya.
Semua itu, ia terapkan di villa dan restoran yang ia bangun di Banjar Bila, Desa Klumpu, Nusa Penida.
Villa miliknya memiliki 14 kamar private.
Villa dengan restoran berkonsep bambu dan satu buah Spa yang berada diatas dua pohon bunut.
Sejak awal akomodasi wisata yang ia bangun, dipadukan dengan pertanian dan peternakan yang dibuat persis di areal satu kawasan.
Sehingga saat pariwisata yang terpuruk saat ini, ia bisa tetap produktif dengan memaksimalkan pertanian dan peternakan.