Driver Pariwisata Kecewa Kebijakan Masuk Bali Wajib Swab Test, Yogi: 80 Persen Cancel

Perkumpulan sopir pariwisata yang tergabung dalam United Bali Driver (UBD) kecewa dengan kebijakan masuk Bali via udara wajib Swab Test.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - Wisatawan mulai berdatangan di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Ungasan, Badung, Jumat (4/12/2020). GWK dibuka kembali setelah sempat ditutup sejak Maret 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. 

Di Ashyana, wisdom yang membatalkan booking hotel sebanyak 8 kamar dari 50 bookingan. Ia juga memprediksi angka tersebut akan terus bertambah.

Ilustrasi - Sejumlah wisatawan menikmati Pantai Melasti, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Rabu (21/10/2020).
Ilustrasi - Sejumlah wisatawan menikmati Pantai Melasti, Ungasan, Kuta Selatan, Badung, Rabu (21/10/2020). (Tribun Bali/Rizal Fanany)

"Di Ashyana sudah ada 8 kamar yang cancel. Klau seandainya menginap 3 hari berarti hitungannya 24 kamar. Kemungkinan wisatawan yang cancel akan terus bertambah. Sekarang menunggu sisa wisatawan yang sudah booking," kata Kariasa. 

Ia menambahkan, sejumlah hotel dan restoran telah mulai mempekerjakan karyawannya.

"Apalagi rata-rata wisatawan domestik yang booking hotel tak memberi DP karena situasi masih pandemi Covid-19. Sudah jatuh tertimpa tangga lagi. Makanya kita berharap Pemprov bisa mencarikan solusi," kata I Wayan Kariasa.

Wayan Kariasa yang juga menjabat Ketua PHRI Karangasem menambahkan, jika dikalkulasi keseluruhan wisatawan domestik yang cancel bookingan sudah capai ratusan kamar.

"Padahal sudah mulai ada tamu domestik yang akan nginap. Karena ada SE Gubernur, akhirnya banyak yang cancel. Banyak manager hotel di Karangasem yang mengeluhkan kondisi ini. Awalnya kita bersyukur ada wisatawan yang booking, setelah itu banyak yang cancel," imbuh Wayan Kariasa.

Terpisah, Ketua PHRI Gianyar, Pande Adit saat dikonfirmasi terkait dampak SE tersebut, langsung tertawa keras.

Namun dalam tawanya itu, tersirat rasa kekecewaan, namun tidak bisa berbuat banyak atas peraturan pemerintah tersebut.

"Dampaknya otomatis banyak hotel yang dicancel. Sebelumnya sudah banyak yang sudah merencanakan datang ke Bali. Selain itu, selama masa pandemi, karena saat ini sepi, tidak ada (hotel) yang menerapkan kebijakan bayar di depan seperti dulu lagi ketika dalam masa high season. Jadi sekarang tamunya bisa cancel hotel sesuka hati. Tentunya ini menjadi pukulan bagi sektor perhotelan," tandasnya. 

Adit menegaskan, penyebab utama dari banyaknya tamu yang membatalkan pesanan kamar hotel adalah kebijakan test swab.

Sebab, biaya test swab bisa mencapai di atas Rp 1 juta per orang jika menggunakan transportasi udara. Adit pun mengkalkulasi biaya rata-rata wisatawan domestik ini.

Kata dia, jika hotel termurah seharga Rp 800 ribu per hari, misalnya mereka tinggal selama lima hari, maka untuk biaya kamar sebesar Rp 4 juta.

Dengan adanya kebijakan test swab, maka mereka harus menambah biayanya lagi.

Baca juga: Pelaku Pariwisata Ramai Perbincangkan SE Gubernur Masuk Bali Wajib Swab Test

Apalagi, kata dia, jika wisatawan tersebut mengajak keluarganya, belum lagi harga tiket pesawat.

Karena itu, tak sedikit yang memilih untuk mengalihkan tempat tujuan wisatanya ke daerah lain. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved