Cerita Perajin Dream Catcher di Pasar Kumbasari, Selama 5 Hari Tak Ada Yang Membeli Dagangannya

Amrita mengaku, walaupun jarang ada pembeli yang datang sejak pandemi, namun dirinya tetap melakukan produksi.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / Rizal Fanany
Perajin, Amrita (48) membuat Dream Catcher di pasar Kumbasari, Denpasar, Selasa (22/12/2020). Selama pandemi jualan kerajinan Dream Catcher mengalami penurunan. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Semua perajin dan penjual pernak-pernik di Pasar Kumbasari Denpasar, Bali terdampak adanya pandemi Covid-19.

Hal ini pun mengakibatkan omzet penjualan mereka anjlok.

Salah satu perajin yang terdampak yakni Amrita (48) seorang perajin Dream Catcher.

Ditemui di tokonya yang terletak di lantai III Pasar Kumbasari ia tengah asik melilitkan benang putih pada sebuah lingkaran.

Sementara di tokonya penuh dengan Dream Catcher yang digantung rapi.

Baca juga: BREAKING NEWS Pemerintah Kota Denpasar Tunda Pembelajaran Tatap Muka Hingga Maret 2021

Baca juga: Alasan Gubernur Koster Bebaskan Tes Swab PCR Dan Rapid Test Bagi PPDN Usia di Bawah 12 Tahun

Amrita mengaku, walaupun jarang ada pembeli yang datang sejak pandemi, namun dirinya tetap melakukan produksi.

“Ya buat-buat saja, ini saya pakai stok aja,” kata Amrita, Selasa (22/12/2020) siang.

Ia pun bercerita terkait kesulitan yang dialaminya saat pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi Covid-19 dalam sehari dirinya mengaku mampu meraup omzet hingga Rp 2 juta.

Akan tetapi saat pandemi menyerang, semuanya rontok.

Bahkan dalam lima hari belakangan tak ada satupun yang datang untuk membeli kerajinannya ini.

“Ini kan biasanya dibeli oleh wisatawan karena dipercaya bisa digunakan untuk menangkap mimpi. Tapi karena sekarang wisatawan sepi ya tidak bisa ngomong apa,” kata lelaki yang sudah 5 tahun berjualan Dream Catcher di Pasar Kumbasari ini.

Untuk harga dari Dream Catcher ini pun bervariasi mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 200 ribu.

Harga ini tergantung pada bahan dan modelnya.

Sementara model yang paling banyak dicari yakni model rajutan.

Untuk bahannya sendiri berupa bulu ayam, ia datangkan dari Jawa.

Dirinya pun menuturkan telah memulai kerajinan Dream Catcher ini sejak 20 tahun lalu.

“Sudah dari 20 tahun lalu, dulu sempat jualan di Kuta sebelum ke sini,” kata lelaki yang tinggal di Tuban, Badung ini.

Dalam sehari biasanya ia bisa membuat 1 Dream Catcher dengan model rajutan.

Dengan kondisi saat ini, ia pun berharap pandemi Covid-19 segera berakhir. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved