Mengakhiri Tahun 2020, Perekonomian Bali Diyakini Terus Membaik
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga kebijakan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75 persen
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Keenam, memperkuat koordinasi pengawasan perbankan secara terpadu antara Bank Indonesia, OJK dan LPS.
Dan terakhir, mempercepat transformasi digital dan sinergi untuk memperkuat momentum pemulihan ekonomi melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran dan percepatan implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025.
"Bank Indonesia memperpanjang kebijakan Merchant Discount Rate QRIS sebesar 0 persen untuk merchant usaha mikro sampai dengan 31 Maret 2021. Selain itu, Bank Indonesia juga memperkuat dan memperluas implemenatsi elektronifikasi dan digitalisasi, baik di pusat maupun di daerah, bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah serta otoritas terkait melalui pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah. Bank Indonesia juga terus mendorong inovasi dan pemanfaatan teknologi serta kolaborasi perbankan dengan fintech melalui percepatan implementasi Sandbox 2.0, antara lain meliputi regulatory sandbox, industrial tesr, innovation lab dan start up," paparnya.
Dan terkait perekonomian Bali terkini, Trisno Nugroho menyampaikan, bahwa pertumbuhan ekonomi Bali secara tahunan menurun mulai dari -1,17 persen di triwulan I, -11 persen di triwulan II dan -12,2 persen di triwulan III tahun 2020.
Menurunnya kedatangan wisatawan ke Bali berdampak langsung pada kinerja sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Bali.
Pertumbuhan ekonomi Bali menjadi pertumbuhan ekonomi terendah di Indonesia.
Pada 2020, pertumbuhan sektor pariwisata terkendala dengan adanya Covid-19, dan oleh sebab itu, penanganan Covid-19 telah menjadi prioritas di tahun 2020 dan akan tetap menjadi prioritas di tahun 2021.
"Mengakhiri tahun 2020, perekonomian Bali diyakini terus membaik. Hal ini didukung dengan meningkatnya konsumsi masyarakat yang tercermin dari peningkatan indeks penjualan eceran dan indeks keyakinan konsumen di akhir triwulan IV. Hal ini sekaligus mencerminkan adanya sikap optimisme masyarakat terhadap perekonomian Bali," ucap Trisno Nugroho.
Terkait inflasi, Ia menyampaikan, bahwa pada bulan November 2020, Bali mengalami inflasi sebesar 0,81 persen (yoy), jauh lebih rendah dibanding inflasi nasional sebesar 1,59 persen (yoy).
Rendahnya tekanan inflasi ini merupakan dampak dari Covid-19 yang menyebabkan permintaan melemah.
Tekanan inflasi yang rendah juga tidak terlepas dari penurunan aktivitas ekonomi sebagai konsekuensi dari pembatasan sosial.
Kinerja kredit melambat hingga hanya tumbuh 1,40 persen secara tahunan.
Penurunan terbesar terjadi pada jenis kredit modal kerja berkaitan dengan terhentinya berbagai lapangan usaha, utamanya LU akmamin.
Meskipun demikian, Non Performing Loan masih dalam ambang batas terkendali pada level 2,64 persen, antara lain sebagai hasil dari program restrukturisasi kredit, yang merupakan salah satu program PEN Pemerintah untuk menjaga kesehatan perbankan serta membantu pelaku usaha yang terdampak oleh pembatasan kegiatan untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
"Dalam jangka pendek, pemulihan perekonomian Bali ke depan berarti pemulihan sektor pariwisata. Ini sangat tergantung dari kedatangan wisatawan ke Bali, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ketersediaan vaksin Covid-19, level of confidence to travel, kebijakan perlintasan orang baik domestik maupun internasional serta pemulihan ekonomi global," ungkapnya.