Menristek : Sudah Saatnya Bali Melakukan Diversifikasi Ekonomi Agar Tak Hanya Andalkan Pariwisata
Maka dari itu, menurut Bambang Brodjonegoro, Bali harus berpikir agar masyarakatnya tidak terlalu terdampak terlalu dalam.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Eviera Paramita Sandi
Bambang Brodjonegoro menyarankan hal ini dikarenakan dirinya mengaku sangat mendukung keberadaan obat modern asli Indonesia (OMAI).
"Karena kami di Ristek ini sangat mendukung yang namanya OMAI. Saya melihat di sinilah substitusi impor dengan inovasi. Dan inovasinya ini sangat cocok dengan semangat inovasi yang ada di Indonesia. Karena bahan yang digunakan berasal dari keanekaragaman hayati," paparnya.
"Kan sayang kalau tanaman atau tumbuhan kumis kucing, jahe merah, sambiloto, meniran dan segala macam itu, daun kelor dan seterusnya, itu hanya menjadi pengetahuan," imbuh pria yang juga sempat menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) itu.
Kemudian diversifikasi ketiga yang bisa dilakukan Bali untuk perekonomian masyarakat bisa melalui industri kreatif.
Baginya, industri kreatif sebagai local wisdom di Bali yang sama sekali tidak boleh hilang.
Akan tetapi industri kreatif ini harus dibawa dengan konteks 4.0.
"Artinya digitalisasi menjadi kewajiban," terang pria yang sudah enam tahun berada di birokrasi itu.
Selain itu, ketika mengembangkan industri kreatif, pemikiran yang harus dipegang yakni pada inovasinya, terutama desain dan development produknya.
"Jangan pernah kita puas hanya menjadi yang memproduksinya. Kalau bisa industri kreatif di Bali itu naik kelas. Jadi tidak cukup hanya menjadi sekadar manufacturing, tetapi sudah mengarah pada branding. Brand-nya yang harus kuat," pintanya.
Menurutnya, agar suatu brand kuat maka membutuhkan riset dan development.
Ini membuktikan bahwa riset bisa dikaitkan dengan ekonomi kreatif.
Terlebih saat ini, riset yang sudah berkembang untuk pengembangan produk sudah berbasis digital.
Oleh karena itu, Bambamg Brodjonegoro berharap Unud bisa membawa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Bali untuk lebih digitalize.
Menurutnya, dalam pengembangan UMKM ada dua teknologi yang harus didukung dengan riset, yakni teknologi digital untuk akses pasar dan teknologi dalam produksi produk dengan mesin dan peralatan.
"Nah disinilah Universitas Udayana akan melahirkan inovasi yang relevan untuk kebutuhan masyarakat," paparnya.