Ngopi Santai
Anda Bikin Resolusi Akhir Tahun? Perhatikan Tiga Hal Ini
Apakah anda sedang membuat resolusi akhir tahun, perhatikan tiga hal ini
Penulis: Sunarko | Editor: Irma Budiarti
Ada yang menyebut, kegagalan mewujudkan resolusi, antara lain, karena seseorang mengaburkan atau mencampuraduk antara target jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Juga antara hal-hal yang bersifat taktikal-operasional dengan yang strategis-visioner.
Target jangka pendek memang berbeda dengan target jangka panjang.
Namun, diingatkan bahwa target jangka pendek harus merupakan satu-kesatuan atau dalam satu rangkaian dengan target jangka panjang yang berjangkauan jauh.
Target jangka panjang itu ibarat mercusuar.
Dia menjulang tinggi dan terang, yang kelap-kelip lampunya bisa menjadi panduan tatkala seseorang disibukkan atau tercebur tenggelam ke dalam urusan taktikal-operasional.
Tentang goal-setting atau menetapkan tujuan dan target jangka panjang, dalam bukunya The Code of The Extraodinary Mind, Vishen Lakhiani menjelaskan mengenai apa yang disebutnya sebagai means-goal dan end-goal.
Pendiri dan CEO Mindvalley ini (salah-satu perusahaan pengembangan diri internasional yang terkemuka) mengungkapkan, kebanyakan orang menetapkan tujuan hidupnya bukan berangkat dari kesadaran atau suara hati mereka yang terdalam.
Mereka menetapkan target dan tujuan hidupnya berdasarkan/mengikuti standar dan ukuran umum yang berlaku di masyarakat.
Misalnya, saya harus dapat rangking 1 di kelas (karena dalam standar umum, rangking 1 merupakan pertanda kesuksesan); saya harus punya 3 mobil pribadi di garasi (karena miliki lebih dari 1 mobil adalah simbol kesuksesan di masyarakat); saya harus meraih gelar akademik lebih tinggi (karena deretan gelar akademik adalah ukuran prestise diri di mata publik); atau saya harus pergi ke destinasi wisata luar negeri yang sedang trending di medsos (karena kalau berfoto di sana dan diposting di akun medsos akan dapat like & comment banyak, dan itu menaikkan prestise saya) dan lain-lain.
Baca juga: Vaksin Stres
Baca juga: Menyamar sebagai Keluarga Nabunome
Target-target tersebut di atas oke-oke saja.
Akan tetapi, apabila target itu tidak berangkat dari kesadaran mengenai makna terdalam tujuan itu bagi diri orang yang bersangkutan, maka sesungguhnya itu adalah semu (means-goal).
Means-goal biasanya adalah `tujuan hidup` yang diinfuskan dari luar, dan jenis tujuan hidup seperti inilah yang paling banyak dijalani orang-orang.
Means-goal ini tidak orisinal, tidak berangkat dari suara hati terdalam, tapi dibentuk atau didikte oleh apa yang disebut Lakhiani sebagai culture space.
“Culture space itu berisi standar, ukuran dan norma-norma yang saya sebut sebagai Brules (singkatan dari bullshit rules). Kita mesti retas aneka Brules itu untuk menjadi diri kita sendiri dan mencapai sukses,” tulis Lakhiani.