Ngopi Santai

Anda Bikin Resolusi Akhir Tahun? Perhatikan Tiga Hal Ini

Apakah anda sedang membuat resolusi akhir tahun, perhatikan tiga hal ini

Penulis: Sunarko | Editor: Irma Budiarti
Pixabay
Ilustrasi tentang resolusi awal tahun. 

Ada yang menyebut, kegagalan mewujudkan resolusi, antara lain, karena seseorang mengaburkan atau mencampuraduk antara target jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Juga antara hal-hal yang bersifat taktikal-operasional dengan yang strategis-visioner.

Target jangka pendek memang berbeda dengan target jangka panjang.

Namun, diingatkan bahwa target jangka pendek harus merupakan satu-kesatuan atau dalam satu rangkaian dengan target jangka panjang yang berjangkauan jauh.

Target jangka panjang itu ibarat mercusuar.

Dia menjulang tinggi dan terang, yang kelap-kelip lampunya bisa menjadi panduan tatkala seseorang disibukkan atau tercebur tenggelam ke dalam  urusan taktikal-operasional.

Tentang goal-setting atau menetapkan tujuan dan target jangka panjang, dalam bukunya The Code of The Extraodinary Mind, Vishen Lakhiani menjelaskan mengenai apa yang disebutnya sebagai means-goal dan end-goal.

Pendiri dan CEO Mindvalley ini (salah-satu perusahaan pengembangan diri internasional yang terkemuka) mengungkapkan, kebanyakan orang menetapkan tujuan hidupnya bukan berangkat dari kesadaran atau suara hati mereka yang terdalam.

Mereka menetapkan target dan tujuan hidupnya berdasarkan/mengikuti standar dan ukuran umum yang berlaku di masyarakat.

Misalnya, saya harus dapat rangking 1 di kelas (karena dalam standar umum, rangking 1 merupakan pertanda kesuksesan); saya harus punya 3 mobil pribadi di garasi (karena miliki lebih dari 1 mobil adalah simbol kesuksesan di masyarakat); saya harus meraih gelar akademik lebih tinggi (karena deretan gelar akademik adalah ukuran prestise diri di mata publik); atau saya harus pergi ke destinasi wisata luar negeri yang sedang trending di medsos (karena kalau berfoto di sana dan diposting di akun medsos akan dapat like & comment banyak, dan itu menaikkan prestise saya) dan lain-lain.

Baca juga: Vaksin Stres

Baca juga: Menyamar sebagai Keluarga Nabunome

Target-target tersebut di atas oke-oke saja.

Akan tetapi, apabila target itu tidak berangkat dari kesadaran mengenai makna terdalam tujuan itu bagi diri orang yang bersangkutan, maka sesungguhnya itu adalah semu (means-goal).

Means-goal biasanya adalah `tujuan hidup` yang diinfuskan dari luar, dan jenis tujuan hidup seperti inilah yang paling banyak dijalani orang-orang.

Means-goal ini tidak orisinal, tidak berangkat dari suara hati terdalam, tapi dibentuk atau didikte oleh apa yang disebut Lakhiani sebagai culture space.

Culture space itu berisi standar, ukuran dan norma-norma yang saya sebut sebagai Brules (singkatan dari bullshit rules). Kita mesti retas aneka Brules itu untuk menjadi diri kita sendiri dan mencapai sukses,” tulis Lakhiani. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved