Serba serbi
Sejarah Museum Bali, Dibangun Sejak Zaman Penjajahan, Digagas W.J.F Kroon Dikerjakan bersama Undagi
Setiap bangunan di Bali memiliki kisah sejarah sendiri, termasuk Museum Bali. Pembangunan Museum Bali digagas oleh seorang asisten Residen Bali Selat
Penulis: Noviana Windri | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Noviana Windri Rahmawati
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Setiap bangunan di Bali memiliki kisah sejarah sendiri, termasuk Museum Bali.
Pembangunan Museum Bali digagas oleh seorang asisten Residen Bali Selatan bernama W.J.F Kroon pada tahun 1909-1913.
Setelah ia mendapatkan gagasan dan pencerahan dari Th. A. Resink untuk melindungi benda-benda peninggalan bersejarah, W.J.F Kroon mewujudkannya dengan mendirikan Gedung Arca di tahun 1910.
Pembangunan Gedung Arca diarsiteki oleh I Gusti Ketut Kandel dari Banjar Abasan dan I Gusti Ketut Rai dari Banjar Belong.
Baca juga: WIKI BALI - Museum Bali, Kombinasi Arsitektur Pura dan Puri
Baca juga: DLH Karangasem Pangkas Dahan Pohon, Tekan Kasus Pengendara Tertimpa Pohon
Baca juga: Pratima dan 9 Senjata Nawa Sanga di Pura Penataran Rambut Siwi Hilang, Diduga Dibobol Maling
Serta seorang arsitek Jerman bernama Curt Grundler yang saat itu sedang berada di Bali sebagai wisatawan peneliti.
Perencanaan pembangunan tersebut juga dibuat bersama para ahli bangunan tradisional Bali atau Undagi.
Raja dari empat kabupaten di Bali yaitu Buleleng, Tabanan, Badung dan Karangasem memberikan dukungan dana dan material proyek.
Baca juga: Ni Ketut Lendri dan 4 Anaknya Tinggal di Rumah Layaknya Gubuk, Dinding Tripleknya Usang dan Retak
Baca juga: Polsek Pupuan Bersama Satgas Desa Melakukan Kegiatan Sterilisasi Rumah Warga Terpapar Covid-19
Baca juga: Terbanyak di Bali, Denpasar Dijatah 9 Ribu Dosis Vaksin Covid-19, Dilakukan di 11 Puskesmas & 2 RS
Museum Bali dibangun dengan kombinasi arsitektur antara Pura (tempat sembahyang umat Hindu) dan Puri (Istana Raja).
Sejarah mencatat peresmian Museum Bali pada 8 Desember 1932 dan dikelola oleh Yayasan Bali Museum.
Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, pengelolaan Museum Bali diserahkan kepada Pemda Provinsi Bali.
Namun karena suasana saat itu belum kondusif dan masih dalam suasana perang dengan NICA dan Jepang, maka pada 5 Januari 1985 museum diserahkan kepada Pemerintah Pusat melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sehingga menjadi museum umum propinsi di bawah nama Museum Negeri Propinsi Bali.
Pada era program pembangunan lima tahun atau PELITA, Museum Bali mendapatkan perluasan area ke arah selatan berupa ruang perpustakaan, auditorium, laboratorium konservasi, gudang koleksi, pameran temporer dan juga kantor.
Museum Bali mendapat menambah luas area museum menjadi 6000 meter persegi dengan gedung berjumlah sembilan unit.
Pada tahun 2000, pengelolaan Museum Bali kembali diserahkan kepada Pemda Provinsi Bali.
Saat itu masih dikenal dengan nama Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan Propinsi Bali atau UPTD Museum Bali.
Pada tahun 2008 kembali berganti nama menjadi UPT Museum Bali. (*)