Travel

Manjakan Mata di Wisata Edukasi Hutan Mengrove Budeng Jembrana

Wisata Edukasi Hutan Mengrove Budeng Jembrana siap manjakan mata wisatawan. Ada 3 gagasanyaitu pengembangan eco wisata, Silpofishari, dan HHBK.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana
Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021). 

Pertama mengembangkan dari sektor eco wisata hutan mangrove yang di dalamnya akan ada edukasi, tempat makan dan wisata lainnya.

Kemudian, Silpofishari, budidaya ikan udang dan hewan mangrove yang layak konsumsi kemudian dijual kepada wisatawan.

Ketiga ialah pemanfaatan HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu), yakni dengan pengolahan buah mangrove untuk pewarna batik dan olahan tepung dan lulur atau lain sebagainya.

“Saat ini kami optimalkan Eco wisata. Seperti nanti akan ada tracking untuk pejalan kaki, biker, kemudian ada tempat makan, wisata air, wisata edukasi, spot selfie, dan masih banyak lainny,” ucapnya Kamis (7/1/2021) ditemui di Warung Mangrove yang dikelola oleh kelompok KTH Warna Merta.

Kade Sudiarsa mengungkapkan, bahwa untuk Warung Mangrove sendiri, bahkan didirikan secara swadaya oleh kelompok.

Pihaknya, pun menggaet petani atau pencari kerang udang dan kepiting lokal untuk kemudian dibeli hasil mencarinya.

Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021).
Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021). (Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana)

Baca juga: Teruna Teruni Desa Tuwed Jembrana Tanam Ratusan Mangrove

Selanjutnya, hasil itu kemudian dijual secara fresh kepada masyarakat.

Dan mangrove di Jembrana sendiri memiliki bergaram jenis pohon.

Ada sekitar 44 jenis pohon, dimana hewan-hewan layak konsumsi hidup di bawahnya sehingga pencari ikan maupun udang itu tidak terlalu susah mencari tangkapannya.

“Jadi yang dijual juga apa yang dihasilkan dari hutan Mangrove sendiri. Mulai dari kepiting kerang dan udang ikan semua dari yang hidup di mangrove,” ungkapnya.

Ia berharap bahwa apa yang dilakukannya dan kelompoknya ini, mampu memberikan dampak yang baik bagi perekonomian warga.

Sehingga, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak.

Terutama pengunjung dan wisatawan bisa memberikan informasi yang baik untuk keberadaan warung hutan mangrove dan fasilitas lainnya tersebut.

“Ya semoga ini berkembang baik. Dan berdampak pada perekonomian warga,” bebernya.

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved