Travel

Manjakan Mata di Wisata Edukasi Hutan Mengrove Budeng Jembrana

Wisata Edukasi Hutan Mengrove Budeng Jembrana siap manjakan mata wisatawan. Ada 3 gagasanyaitu pengembangan eco wisata, Silpofishari, dan HHBK.

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana
Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021). 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Pada masa pandemi Covid-19, Kabupaten Jembrana mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

Dibanding kabupaten lainnya di Bali, Jembrana mampu bertahan, dengan mengandalkan sektor pertanian perkebunan dan hasil produksi lainnya.

Atas hal ini, Jembrana pun tetap berusaha mengembangkan segala sektor untuk meningkatkan pendapatan daerahnya.

Bahkan, hal itu diinisiasi oleh warga masyarakat atau kelompok.

Seperti yang dilakukan dari kelompok KTH Wana Merta Desa Budeng.

Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021).
Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021). (Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana)

Baca juga: Desa Perancak Jembrana Miliki Ekowisata Hutan Mangrove

Berangkat dari lokasi desa yang di kelilingi mangrove.

Membuat warga atau kelompok KTH Wana Merta menyongsong untuk membuat wisata edukasi.

Dan kali ini terwujud dengan adanya Eco Wisata, dimana edukasi termasuk di dalamnya.

Warga atau Kelompok KTH Wana Merta Desa Budeng mengelola 25 hektare hutan mangrove dari 44 hektare hutan mangrove yang dimiliki pemerintah.

Lokasi hutan mangrove ini sendiri terdapat sebuah warung yang ada berada di jalur menuju seacorm Desa Perancak.

Lokasi yang di kelilingi hutan mangrove membuat pengunjung dimanjakan dengan pemandangan hijau mangrove.

Meskipun baru buka tapi secara tempat sudah cukup layak untuk melepas penat dan bersantap hasil hewan dari hutan mangrove itu sendiri.

Ketua KTH Wana Merta, Kade Sudiarsa mengatakan, bahwa pihaknya mengelola, sekitar 25 hektare hutan mangrove.

Karena itu pihaknya tengah mengembangkan supaya ekonomi warga semakin mapan dengan pengelolaan hutan mangrove.

Dimana ada tiga konsep besar yang digagas.

Pertama mengembangkan dari sektor eco wisata hutan mangrove yang di dalamnya akan ada edukasi, tempat makan dan wisata lainnya.

Kemudian, Silpofishari, budidaya ikan udang dan hewan mangrove yang layak konsumsi kemudian dijual kepada wisatawan.

Ketiga ialah pemanfaatan HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu), yakni dengan pengolahan buah mangrove untuk pewarna batik dan olahan tepung dan lulur atau lain sebagainya.

“Saat ini kami optimalkan Eco wisata. Seperti nanti akan ada tracking untuk pejalan kaki, biker, kemudian ada tempat makan, wisata air, wisata edukasi, spot selfie, dan masih banyak lainny,” ucapnya Kamis (7/1/2021) ditemui di Warung Mangrove yang dikelola oleh kelompok KTH Warna Merta.

Kade Sudiarsa mengungkapkan, bahwa untuk Warung Mangrove sendiri, bahkan didirikan secara swadaya oleh kelompok.

Pihaknya, pun menggaet petani atau pencari kerang udang dan kepiting lokal untuk kemudian dibeli hasil mencarinya.

Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021).
Warung hutan Mangrove Desa Budeng, yang letaknya di dekat seacorm mulai beroperasi dan dikelola oleh KTH Wana Merta Desa Budeng, Kamis (7/1/2021). (Tribun Bali/I Made Ardhiangga Ismayana)

Baca juga: Teruna Teruni Desa Tuwed Jembrana Tanam Ratusan Mangrove

Selanjutnya, hasil itu kemudian dijual secara fresh kepada masyarakat.

Dan mangrove di Jembrana sendiri memiliki bergaram jenis pohon.

Ada sekitar 44 jenis pohon, dimana hewan-hewan layak konsumsi hidup di bawahnya sehingga pencari ikan maupun udang itu tidak terlalu susah mencari tangkapannya.

“Jadi yang dijual juga apa yang dihasilkan dari hutan Mangrove sendiri. Mulai dari kepiting kerang dan udang ikan semua dari yang hidup di mangrove,” ungkapnya.

Ia berharap bahwa apa yang dilakukannya dan kelompoknya ini, mampu memberikan dampak yang baik bagi perekonomian warga.

Sehingga, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak.

Terutama pengunjung dan wisatawan bisa memberikan informasi yang baik untuk keberadaan warung hutan mangrove dan fasilitas lainnya tersebut.

“Ya semoga ini berkembang baik. Dan berdampak pada perekonomian warga,” bebernya.

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved